Selasa, 15 November 2011

laporan PI strous

2.2 KEGIATAN KHUSUS
Dalam praktek industri ini tidak hanya melakukan kegiatan umum  melainkan juga terdapat kegiatan khususnya. Kegiatan khusus dalam hal ini adalah kegiatan yang lebih ditekankan pada satu pengamatan yang di lakukan oleh individu. Pada praktik industri kali ini praktikan memilih pekerjaan konstruksi pondasi strous sebagai kegiatan khusus yang akan diamati. Pondasi strous ini dikerjakan pada bagian seluruh bangunan untuk pondasi, diantaranya sebagai pondasi lapangan out tenis outdoor dan banguanan gedung lapanga tenia indoor itu sendiri.
 Adapun urutan proses pekerjaan pondasi strous adalah adalah pekerjaan persiapan (pembersihan lahan), pekerjaan survey (penentuan titik pondasi), galian tanah,  pekerjaan pembesian (penulangan), pekerjaan pengecoran, pekrjaan lanjutan yakni pekerjaan urugan tanah untuk melanjutkan ke pengecoran plat wire mesh.
2.2.1        Pekerjaan Persiapan
DSC03016.JPGDi dalam pelaksanaan suatu proyek, tahap awal dalam pelaksanaan suatu proyek adalah tahapan persiapan. Tahapan ini mencakup semua persiapan-persiapan awal untuk memulai suatu pekerjaan di dalam proyek tersebut. Pekerjaan persiapan ini mencakup pekerjaan pembersihan lahan pada sekeliling tempat yang akan dibangun lapangan tenis, dalam hal ini yang lebih spesifik adalh pekerjaan pondasi strous lapangan tenis out door.  Mulai dari persiapan alat-alat yang nantinya akan digunakan dalam pembuatan pekerjaan pondasi strous, persiapan bahan bangunan dan lain sebagainya.








Gambar 2.5 Lahan sebelum dibangun lapangan tenis Out door
Pekerjaan persiapan dilakukan agar dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi strous yang sedang berlangsung, tidak ada kendala-kendala yang disebabkan kebutuhan yang diperlukan tidak tersedia di lapangan. Dalam pekerjaan persiapan dilanjutkan dengan pekerjaan pembersihan lahan. Tujuannya adalah membantu dalam memperlancar pada saat proses pengerjaan.
                                                                                                                   










Gambar 2.6 Pembersihan lahan oleh pekerja

2.2.2        Pekerjaan Survey (Penentuan Titik Pondasi Strous)
Untuk menetukan beberapa titik yang akan dibanguna pondasi strous, terlebih dahulu melakukan sebuah pekerjaan survey. Hal ini adalah untuk memudahkan bagi pelaksana pekerjaan galian pondasi. Dalam Proyek Gedung Teacher Study & Training Center Graha Serbaguna Tahap V Universitas Negeri Malang untuk bagian lapangan out door nya terdapat ....... titik pondasi strous, selain itu seluruh pondasi bangunan ini juga menggunakan pondasi srous. Dengan begitu banyaknya titik pondasi, maka pekerjaan survey merupakan salah satu pekerjaan yang mampu membantu kemudahan dalam pelaksaan pekerjaan penentuaan titik pondasi.
Pekerjaan survey ini sama dengan pekerjaan yang lain, yakni harus sesuai dengan soph drawing yang telah dibuat, dan pekerjaan ini dilaksanakan oleh bagian surveyor dari team pelaksana yakni satu orang kepala bagian dibantu dengan 2 orang pembantu pelaksana pekerjaan. Sedangkan alat yang digunakan dalam pekerjaan survey ini adalah PPD ATF-3.










Gambar 2.7 Seorang Pekerja Melakukan Pekerjaan Survay (membawa bak ukur).

2.2.3        Pelaksanaan Pekerjaan Galian Pondasi
Pekerjaan galian pondasi strous dilakukan setelah lahan yang akan di bor dibersihkan terlebih dahulu, bersih dalam hal ini adalah tidak adanya halangan dalam pekerjaan galian, minimal titik-titik pondasi tidak terdapat bahan atau benda yang mengganggu. Pekerjaan pondasi strous yang diterapkan pada proyek pembangunan gedung olahraga tenis indoor Universitas Negeri Malang ini berhubungan atau berkaitan dengan kelanjutan pembangunan lapangan bagian outdoor, namun tidak ada kaitannya dengan pembangunan gedung indoor, jadi bisa dilaksanakan secara bersamaan.















Gambar 2.8 Proses Penggalian

Pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang ini pelaksanaan pengeboran dilakukan secara serentak. Maksudnya adalah penyelesaiaan awal adalah pada bagian lapangan outdoor, kemudian dilanjutkan untuk pondasi gedung utamanya. Besar lubang pondasi strous untuk lapangan outdor  berdiameter 30 cm, sedangkan untuk pondasi strous gedung lapangan indoor adalah 60 cm. Kedalaman pengeboran sesuai gambar rata-rata 6 meter dengan jarak antar lubang pondasi adalah 5 meter. Pengeboran dilakukan secara manual dengan bor tanah biasa, beberapa orang memutar dan menekan kebawah bagian pusat pengeboran. Galian tanah yang dibor dialiri air untuk mempermudah pekerjaan. Dengan mengaliri air pada mata bor maka tanah yang dibor akan menjadi lunak.

2.2.4        Pelaksanaan Pekerjaan Penulangan
Pelaksanaan pekerjaan penulangan pondasi strous ini dikerjaan bersamaan dengan pekerjaan galian.













Gambar 2.9 Tulangan pondasi yang sudah melalui proses pemotongan

Tulangan yang dipakai pada struktur pondasi strous adalah tulangan polos Ø 12  untuk tulangan pokok, dan tulangan polos Ø 10 untuk sengkang. Jumlah tulangan pokoknya 8 Ø 12 Sedangkan pada tulangan pondasi strous untuk pondasi utama gedung tenis indoor Universitas Negeri Malang menggunakan tulangan deform D16  dan tulangan polos tulangan polos Ø 12 untuk sengkang. Jumlah tulangan pokoknya adalah 8 D16.











( a )












( b )

Gambar 2.10 Rangkaian (a) tulangan polos Ø 12 mm dan (b) tulangan deform D16

Besi tulangan yang dipakai adalah baja mutu fy = 320 Mpa dengan tegangan leleh maksimum 3200 kg/cm2. Proses pembuatan tulangan dibagi dalam empat tahap yaitu pengukuran besi tulangan, pemotongan tulangan, pembengkokan tulangan, dan perangkaian tulangan. Semua pekerjaan penulangan ini dilakukan ditempat yang sama, tidak jauh dari lokasi pembangunan pembangunan lapangan tenis. Karena proses penulangan ini juga dipakai pada pembangunan Gedung Serbaguna Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang Tahap V.

2.2.4.1 Pengukuran Besi Tulangan
Pengukuran panjang tulangan disesuaikan dengan panjang yang ditentukan. Panjang yang dipotong adalah panjang total menurut perhitungan ditambah dengan panjang kait. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah pertambahan panjang akibat pembengkokan, apabila pembengkokan tidak direncanakan maka saat dibengkokkan panjang yang dibutuhkan akan berkurang atau menjadi lebih pendek.
Proses pengukuran merupakan tahap awal dalam proses penulangan. Pengukuran dilakukan untuk menentukan panjang besi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan yang telah dirancanakan sebelumnya. Pengukuran dilakukan seteliti mungkin agar menghasilkan ukuran yang seragam dan tidak terlalu banyak sisa tulangan yang terbuang. Sebelumnya besi tulangan diluruskan terlebih dahulu. Setelah itu pengukuran dilakukan dengan meteran ukur.
Pada tahap ini dilakukan pula pembersihan tulangan dari kotoran yang menempel pada saat penyimpanan bahan. Tulangan yang telah diukur diberi tanda menggunakan kapur, sehingga mempermudah dalam pemotongan nantinya. Karena pada proses pemotongan menggunakan mesin pemotong, jadi pengukuran dilakukan satu kali untuk membuat sampel. Setelah itu pemotongan disesuaikan dengan besi pertama yang dipotong.









Gambar 2.11 Meteran untuk mengukur tulangan

1.2.3.2                                      Pemotongan Tulangan
Menurut Astanto (2001:67) pemotongan baja tulangan harus sesuai dengan panjang tulangan yang telah tercantum dalam gambar dan harus diketahui luar penampang sebenarnya sebelum dipotong. Ada beberapa cara pemotongan baja tulangan, yaitu:
a.    Pemotongan dengan gunting baja besar tangan pemotongan dengan gunting tangan baja untuk baja berdiameter kecil.
b.    Pemotongan dengan mesin gunting yang digerakkan tangan, pemotongan dengan gunting mesin untuk baja berdiameter yang lebih besar.
c.    Pemotongan dengan gunting mesin yang digerakkan tangan, pemotongan dengan alat ini sangat ekonomis, maka sangat baik untuk pemotongan baja beton dalam jumlah yang besar.
d.   Pemotongan dengan gergaji jika alat-alat yang dimiliki terbatas dan pekerjanya sangat sedikit.
Pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang pemotongan baja tulangan dilakukan menggunakan mesin pemotong baja (bar cutter). Adapun langkah-langkah proses pemotongan antara lain adalah:
1.    Mempersiapkan besi yang akan dipotong.
2.    Besi yang akan dipotong terlebih dahulu diluruskan agar mudah saat pemotongan.
3.    Besi tersebut diukur sesuai dengan kebutuhan dan diberi tanda menggunakan kapur tulis.
4.    Kemudian besi tersebut dipotong dengan menggunakan mesin potong (bar cutter).
5.    Para pekerja terkadang memotong besi dengan jumlah 3-5 sekaligus untuk mempercepat pekerjaan.









Gambar 2.12 Pekerja sedang memotong besi dengan alat pemotong besi (bar cutter)
    


1.2.3.3                                      Pembuatan sengkang tulangan pondasi
Mencari LITERATUR BOY....
Batang baja yang telah dipotong setelah itu dibengkokan sesuai dengan rencana dan ujung-ujungnya dibuat kaitan. Menurut SK SNI 03-2847-2002 Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1.    Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujungbebas kait.
2.    Bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait.
3.    Untuk sengkang dan kait pengikat:
a)        Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas kait, atau
b)        Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait, atau
c)        Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas kait.

Tabel 2.1 Diameter Bengkokan Minimum
Beberapa macam bengkokan pada ujung tulangan dapat dilihat pada Gambar 2.12.






Gambar 2.12 Macam bengkokkan pada ujung tulangan
         (Sumber: Astanto, 2001:69)

Pekerjaan pembuatan sengkang spiral pada pembanguan Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang menggunakan alat yang dibuat sendiri yang membentuk sebuah tabung. Setiap sengkang memiliki ukuran yang berbeda, sehingga ukuran masing – masing alat pembuatnya berbeda pula. Berikut gambarnya










Gambar 2.13 Alat pembuat sengkang spiral

Adapun cara pembuatan sengkang spiral untuk tulangan pondasi strous  adalah sebagai berikut:
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan sengkang spiral.
2.    Meneliti atau memeriksa bahwa tulangan / besi yang akan dibuat sengkang benar – benar lurus.
3.    Menempatkan dan mengaitkan ujunga besi yang akan dibuat sengkang spiral pada silinder pembuat sengkang. Kemudian ujungnya dibengkokan sedikit agar bisa mengait.
4.    Setelah ujung tulangan sudah benar – benar terkait pada silinder, maka pekerja langsung memutar silindernya.
5.    Pekerjaan dilakukan oleh 2 orang, yang satu memutar silinder tersbut, sedangkan orang yang ke dua memegang besi dan menatanya agar letak putarannya tertata rapi dan sesuai dengan ketentuan yang ada (sesuai gambar).
6.    Pemutaran silinder dilakukan sampai besi telah tergulung semuanya dan menjadi spiral.
7.    Yang perlu diperhatikan, saat pemutaran usahakan searah dan jangan menyentak kebelakang atau berbalik arah. Karena jika sudah berbalik arah, maka untuk meluruskan dan membuat spiral kembali akan mengalami kesulitan. Jadi diusahakan sekali putar langsung selesai.
8.    Tulangan sengkang spiral sudah selesai, dan bisa digunakan sebagai sengkang untuk tulangan pondasi strous.









Gambar 2.14 Hasil setelah penggulungan dan membentuk sengkang spiral

Pada pekerjaan pondasi strous pembengkokan besi dilakukan pada saat pembuatan besi sengkang dan pada saat penyambungan tulangan pokok terhadap tulangan wire mesh. Untuk pembuatan sengkang, menggunakan silinder dengan cara diputar.










Gambar 2.15 Proses pembengkokan tulangan.
Menurut Astanto (2001) Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembengkokan baja tulangan yaitu sebagai berikut.
a.         Pembengkokan baja tulangan disesuaikan gambar rencana denga toleransi yang sudah disyaratkan.
b.        Membengkok dan meluruskan tulangan hanya dilakukan bila tulangan dalam keadaan dingin.
c.         Membengkok dan meluruskan tulangan tidak boleh merusak batang tulangan.
d.        Batang tulangan yang tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkok atau diluruskan di lapangan.
e.         Tidak boleh membengkokan lagi dalam jarak 10 cm dari bengkokan sebelumnya setelah dibengkok dan diluruskan kembali pada tulangan profil. Yang dimaksud batang profil adalah batang yang dipuntir atau diprismatis dengan permukaan diberi rusuk-rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang. Jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih 0,7 kali diameter pengenalnya.
f.         Jari-jari pembengkokan dipilih tidak kurang dari r= 10 D (D adalah garis tengah tulangan), dan pada kaitan dipilih jari-jari minimal r= 2,5D.

1.2.3.4                                      Perangkaian Tulangan
Besi yang telah diukur dan sudah dipotong menurut ukuranya, kemudian dirangkai dengan sengkang yang telah dibuat sesuai ukuran kedalaman pondasi strous dan gambar bestek.
Menurut Gideon (1993) dalam pengikatan besi tulangan ada 3 tipe pengikatan, yaitu:
1.        Pengikatan silang: yaitu digunakan untuk menghubungkan batang-batang bersilangan.
2.        Pengikat sadel yaitu: digunakan untuk menghubungkan sengkang-sengkang dengan empat batang tulangan sudut dari kolom dan balok-balok pada titik persilangan.
3.        Pengikatan rangkap yaitu: digunakan untuk sambungan ekstra kuat.
Gambar 2.16 Tipe-tipe pengikatan

Pada proses perangkaian pondasi ini, menggunakan pengikatan rangkap, namun terkadang juga hanya menggunakan pengikatan silang. Perangkaian tulangan spiral berbeda dengan pengikatan / perangkaian balok atao kolom yang berbentuk persegi. Yang harus diperhatikan dalam perangkaian spiral adalah agara sengkang pas / sesuai dengan panjang kebutuhan tulangan. Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah membagi perletakan tulangan pokok agar merata di sekeliling sengkang spiral.
Proses perangkaian tulangan pada pembuatan pondasi strous dilaksanakan langsung dilapangan setelah pengerjaan pengeboran. Karena struktur pondasi ini menyambung pada wire mesh di atasnya, maka struktur tulangannya dikeluarkan sepanjang ± 50 cm. Sehingga perangkaian nantinya akan tersambung antara besi lubang bor yang satu dengan yang lainnya. Namun dalam pekerjaan ini tidak dilebihkan, karena nantinya tanah di daerah ini akan digali kembali, di rata airkan (disamakan) dengan lapangan yang sudah ada. Otomatis secara tidak langsung setelah pekerjaan galian perataan, tulangan pondasi strous akan muncul kepermukaan.










Gambar 2.17  Perangkain tulangan pondasi strous
Penyambungan tulangan dilakukan dengan mengikat kawat bindrat pada perpotongan stiap tulangan, sehingga konstruksi tulangan kuat yang sesuai dengan rencana. Pada perangkaian tulangan, ukuran untuk diameter pondasi adalah 20cm utuk pondasi lapangan tenis out door. Sedangkan untuk pondasi bangunan utamanya berdiamater 30cm.
Untuk jarak sengkangnya jika sesuai dengan gambar berjarak 15 cm, namun pada pelaksanaan dilapangan tidak bisa tepat 15 cm. Proses pereangkaian sengkang berbeda dengan sengkang yang berbentuk persegi yang bisa presisi. Pelaksanaan sengkang spiral dengan cara ditarik sengkangnya hingga mengalami kemoloran dan memenuhi jarak sengkang yang telah direncanakan, yakni 15 cm.












Gambar 2.18 Tulangan yang sudah terangkai.

1.2.4        Pelaksanaan Perletakan tulangan ke dalam titik lubang pondasi
Untuk pekerjaan pondasi strous ini tidak menggunakan bekisting, karena pekerjaan pondasi langsung berhubunga dengan tanah. Meskipun harus menggunakan bekisting, namun bukan dari kayu nelainkan campuran PC dan PS, yang biasa disebut dengan lantai kerja.
Pekerjaan pondasi strous pada pembangunan gedung olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang tidak menggunakan lantai kerja, karena kedalaman pondasi yang mencapai 6 m. Selain itu juga terdapat beberapa titik lubang pondasi yang terdapat sumber air. Pemasangan tulangannya langsung dimasukkan secara manual ke dalam lubang pondasi.

Gambar 2.19 Tulangan yang sudah diamsukkan ke dalam titik lubang

2.2.5        Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Pondasi Strous
Menurut Mulyono (2005:3) menyatakan beton merupakan fungsi dari bahan penyusunya yang terdiri dari bahan semen hidraulik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah (admixture atau additive).
Pelaksana proyek ini yakni PT. WASKITA KARYA melakukan kerja sama dengan perusahan beton Redy Mix PT. MERAK JAYA BETON. Jadi semua proses pengecoran struktur pada proyek ini menggunakan campuran beton dari PT. MERAK JAYA BETON.
Gambar 2.20 Proses penuangan beton dari Truck Mixer
Dalam proses pembuatan campuran pastinya terdapat kriteria atau cara tersendiri untuk menjaga nilai slump test agar tetap sesuai dengan yang diinginan. Dalam hal ini proses pengadukan merupakan hal yang tidak boleh untuk diabaikan. Pengadukan itu sendiri adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar beton, yaitu semen, pasir, kerikil, dan air dalam perbandingan yang telah ditentukan. Pengadukan dilakukan sedemikian rupa sampai adukan beton benar-benar homogen, warnanya tampak rata, kelecakan cukup (tidak terlalu cair dan tidak terlalu kental), tidak tampak adanya pemisahan butir (segregasi). Pengadukan beton yang kurang homogen dapat menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya.
Pengadukan biasa dilakukan dengan tangan atau dengan mesin. Astanto (2001:77) menjelaskan pengadukan dengan menggunakan mesin pengaduk lebih ekonomis dan cepat, sehingga cocok untuk pekerjaan besar.
Karena pekerjaan penahan tanah (soil nailiang) merupakan skala besar maka pada pembuatan adonan beton proses awal yang dilakukan adalah mengaduk campuran beton. Pada pekerjaan balok penahan dinding penahan tanah (soil nailing) ini pengadukan beton dilakukan di tempat pembuatan beton dan di dalam mobil (truck mixer) selama perjalanan dan setelah tiba di lapangan.
Sedangkan untuk adonan beton yang digunakan untuk mengecor pada bagian lubang bor dengan menggunakan alat mixer beton khusus yang tersambung dengan concrete pump untuk menyuntikan beton ke dalam lubang bor yang telah diberi tulangan.
Menurut Mulyono (2005:220) waktu pengadukan akan berpengaruh pada mutu beton. Jika terlalu sebentar pencampuran bahan kurang merata, sehingga pengikatan antara bahan-bahan beton akan berkurang. Sebaliknya, pengadukan yang terlalu lama akan mengakibatkan:
a.    Naiknya suhu beton.
b.    Keausan pada agregat sehingga agregat pecah.
c.    Terjadinya kehilangan air sehingga penambahan air diperlukan.
d.   Bertambahnya nilai slump
Untuk nilai slump, bisa dilihat dengan cara slump test









Gambar 2.21 Alat slump test
e.    Menurunnya kekuatan beton.

2.2.5.1  Pengangkutan
Menurut Mulyono (2005:224) alat angkut dibedakan menjadi dua, yakni alat angkut manual dan mesin. Alat angkut manual menggunakan tenaga manusia, dengan alat bantu sederhana (dapat berupa ember, gerobak dorong, talang) dan biasanya mempunyai kapasitas kecil. Alat angkut mesin biasanya dibutuhkan untuk pengerjaan yang kapasitasnya besar dan jarak antara tempat pengolahan beton dan tempat pengerjaan struktur jauh. Contoh alat angkut ini adalah truck mixer, belt conveyor, concrete pump, dan tower crane.
Pada pekerjaan dinding penahan tanah (soil nailing) ini pengangkutan beton dilakukan 2 tahap, yang pertama pengangkutan dari tempat pembuatan beton (ready mix) menuju lokasi proyek dan yang kedua pengangkutan beton dari truk beton (truck mixer) ke tempat pengecoran.
Pengangkutan beton dari tempat pembuatan beton (ready mix) menuju lokasi proyek menggunakan truk beton (concrete truck). Selama pengangkutan beton secara terus menerus diaduk, pengadukan tersebut dilakukan untuk menunda pengikatan semen yang akan menyebabkan beton mengeras.
Pengangkutan kedua dilakukan di lokasi proyek dari truk beton (concrete truck) ke lokasi tempat pengecoran menggunakan bucket. Pengangkutan beton ini dibantu dengan tower crane
.











Gambar 2.22 Pengangkutan beton truck mixer.

2.2.5.2  Penuangan
Agar mendapatkan beton yang baik, usahakan dalam proses pengecoran tidak terjadi segregasi pada beton. Maka oleh sebab itu diperlukan proses penuangan adukan beton secara benar. Setiap melakukan pengecoran, sudah terbiasa para pelaksana melakukan slump test, hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa nilai slump test dari beton tersebut.
Sebelum campuran beton digunakan, terlebih dulu dilakukan uji slump. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan campuran. “Slump diperiksa memakai Corong-Kerucut Abrams yang diisi dengan 3 lapis, tiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat baja” (Sagel dkk, 1997:160). Corong-kerucut Abrams dapat dilihat pada Gambar 2.23


 





Gambar 2.23 Corong-kerucut Abrams

Pada Proyek Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang Untuk slump yang diinginkan dalam pekerjaan ini adalah ±10cm.










Gambar 2.24 Pembuatan Slump test












Gambar 2.25 Pengukuran Hasil Slump Test
Menurut Astanto (2001:79) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penuangan adukan beton:
a.     penuangan adukan beton dilakukan secara terus-menerus (tidak terputus) untuk menghindari perbedaan waktu pengikatan awal.
b.    Hindari penuangan adukan beton pada waktu hujan.
c.    Agar tidak terjadi pemisahan butir-butir campurannya maka beton tidak boleh terlalu tinggi dijatuhkan (tidak boleh lebih dari 1 meter)
d.   Pada pembuatan konstruksi beton bertulang tebal lapisan beton untuk sekali penuangan maksimal 30cm.
Pada proses pengecoran setelah beton tiba di lokasi proyek tempat pengecoran, beton lalu dituangkan ke dalam tempat yang telah disiapkan sebelumnya. Pada pengerjaan kontruksi pondasi strous ini penuangan dilakukan menggunakan ember dan alat bantu gerobak dorong (Arco).
Gambar 2.26 Proses penuangan beton pada balok penahan.

Cara penuangan seperti ini dilakukan di seluruh titik pondasi, baik itu pondasi lapangan tenis out door maupaun bangunan utama tenis indoor. Hal yang menjadi dilema dalah ketika beberapa titik pondasi terdapat sumber air. Hal ini akan mepengaruhi kekuatan, slump, kadar air dari beton itu sendiri.
Mencari LITERATUR BOY....
2.2.5.3  Pemadatan
Pada pelaksanaan pengecoran, proses pemadatan sangat penting dilakukan agar tidak terjadi keropos karena adanya udara yang terjebak di adonan beton. Menurut Mulyono (2005:227) pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan akan alat disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan. Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial setting time pada beton. Dalam praktik di lapangan, pengindikasian initial setting time dilakukan dengan cara menusuk beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk sedalam 10 cm, berarti initial setting time belum tercapai.
Pada proses pengecoran pondasi strous ini pemadatan dilakukan dengan menggunakan besi dan kayu yang ditusuk-tusukan ke dalam adonan beton.











Gambar 2.27 Proses pemadatan menggunakan kayu.

Pemadatan dilaksanakan setiap seleseai penuangan campuran beton ke dalam lubang yang akan dibuat pondasi strous secara terus menerus sampai batas yang telah ditentukan











Gambar 2.28 Hasil setelah proses pengecoran.

2.2.6        Pelaksanaan Pekerjaan Perawatan Beton.
Perawatan beton adalah suatu langkah untuk memberikan kesempatan pada beton untu mengembangkan kekuatanya secara wajar dan sesempurna mungkin. Menurut Wuryati (2001:53) perawatan beton adalah suatu langkah atau tindakan untuk memberikan kesempatan pada semen/beton mengembangkan kekuatanya secara wajar dan sesempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu pekerjaan beton perlu dijaga agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban beton itu haru dijaga agar proses hidrasi semen dapat terjadi dengan wajar dan berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi beton kurang kuat, dan juga timbul retak-retak.
Perawatan terhadap beton sangatlah penting, karena untuk menghindari terjadinya susut permukaan akiat air pada pengerasan beton dihari pertama (bleeding) dan seterusnya, perbedaan temperatur pada beton menjaga terjadinya rengat-rengat pada beton.
Pada pelaksanaan pekejaan dinding penahan tanah (soil nailing) ini setelah dilakukan pengecoran dan pelepasan bekisting, pada beton tidak dilakukan perawatan dengan cara menyiram beton atau membungkus dengan menggunakan karung basah atau plastik. Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaannya adalah musim hujan, jadi tidak dilakukan perawatan secara khusus pada beton. Perawatan pada beton dilakukan dengan hanya memoles permukaan beton yang tidak rata dengan menggunakan adonan semen agar beton menjadi rata.
Hasil pengecoran tidak selamanya sempurna, pada pengecoran dinding penahan tanah (soil nailing) pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Tenis IndoorMalang ini tidak rata atau lurus. Hal tersebut terjadi akibat kontur tanah yang tidak rata. Tanah sengaja tidak diratakan karena apabila diratakan paku yang sudah tertancap terlebih dahulu sebelum pengecoran pada tanah tersebut akan berkurang panjangnya. 
Gambar 2.29 kondisi lapangan setelah pengecoran pondasi strous.


ak hanya melakukan kegiatan umum  melainkan juga terdapat kegiatan khususnya. Kegiatan khusus dalam hal ini adalah kegiatan yang lebih ditekankan pada satu pengamatan yang di lakukan oleh individu. Pada praktik industri kali ini praktikan memilih pekerjaan konstruksi pondasi strous sebagai kegiatan khusus yang akan diamati. Pondasi strous ini dikerjakan pada bagian seluruh bangunan untuk pondasi, diantaranya sebagai pondasi lapangan out tenis outdoor dan banguanan gedung lapanga tenia indoor itu sendiri.
 Adapun urutan proses pekerjaan pondasi strous adalah adalah pekerjaan persiapan (pembersihan lahan), pekerjaan survey (penentuan titik pondasi), galian tanah,  pekerjaan pembesian (penulangan), pekerjaan pengecoran, pekrjaan lanjutan yakni pekerjaan urugan tanah untuk melanjutkan ke pengecoran plat wire mesh.
2.2.1        Pekerjaan Persiapan
DSC03016.JPGDi dalam pelaksanaan suatu proyek, tahap awal dalam pelaksanaan suatu proyek adalah tahapan persiapan. Tahapan ini mencakup semua persiapan-persiapan awal untuk memulai suatu pekerjaan di dalam proyek tersebut. Pekerjaan persiapan ini mencakup pekerjaan pembersihan lahan pada sekeliling tempat yang akan dibangun lapangan tenis, dalam hal ini yang lebih spesifik adalh pekerjaan pondasi strous lapangan tenis out door.  Mulai dari persiapan alat-alat yang nantinya akan digunakan dalam pembuatan pekerjaan pondasi strous, persiapan bahan bangunan dan lain sebagainya.








Gambar 2.5 Lahan sebelum dibangun lapangan tenis Out door
Pekerjaan persiapan dilakukan agar dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi strous yang sedang berlangsung, tidak ada kendala-kendala yang disebabkan kebutuhan yang diperlukan tidak tersedia di lapangan. Dalam pekerjaan persiapan dilanjutkan dengan pekerjaan pembersihan lahan. Tujuannya adalah membantu dalam memperlancar pada saat proses pengerjaan.
                                                                                                                   










Gambar 2.6 Pembersihan lahan oleh pekerja

2.2.2        Pekerjaan Survey (Penentuan Titik Pondasi Strous)
Untuk menetukan beberapa titik yang akan dibanguna pondasi strous, terlebih dahulu melakukan sebuah pekerjaan survey. Hal ini adalah untuk memudahkan bagi pelaksana pekerjaan galian pondasi. Dalam Proyek Gedung Teacher Study & Training Center Graha Serbaguna Tahap V Universitas Negeri Malang untuk bagian lapangan out door nya terdapat ....... titik pondasi strous, selain itu seluruh pondasi bangunan ini juga menggunakan pondasi srous. Dengan begitu banyaknya titik pondasi, maka pekerjaan survey merupakan salah satu pekerjaan yang mampu membantu kemudahan dalam pelaksaan pekerjaan penentuaan titik pondasi.
Pekerjaan survey ini sama dengan pekerjaan yang lain, yakni harus sesuai dengan soph drawing yang telah dibuat, dan pekerjaan ini dilaksanakan oleh bagian surveyor dari team pelaksana yakni satu orang kepala bagian dibantu dengan 2 orang pembantu pelaksana pekerjaan. Sedangkan alat yang digunakan dalam pekerjaan survey ini adalah PPD ATF-3.










Gambar 2.7 Seorang Pekerja Melakukan Pekerjaan Survay (membawa bak ukur).

2.2.3        Pelaksanaan Pekerjaan Galian Pondasi
Pekerjaan galian pondasi strous dilakukan setelah lahan yang akan di bor dibersihkan terlebih dahulu, bersih dalam hal ini adalah tidak adanya halangan dalam pekerjaan galian, minimal titik-titik pondasi tidak terdapat bahan atau benda yang mengganggu. Pekerjaan pondasi strous yang diterapkan pada proyek pembangunan gedung olahraga tenis indoor Universitas Negeri Malang ini berhubungan atau berkaitan dengan kelanjutan pembangunan lapangan bagian outdoor, namun tidak ada kaitannya dengan pembangunan gedung indoor, jadi bisa dilaksanakan secara bersamaan.















Gambar 2.8 Proses Penggalian

Pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang ini pelaksanaan pengeboran dilakukan secara serentak. Maksudnya adalah penyelesaiaan awal adalah pada bagian lapangan outdoor, kemudian dilanjutkan untuk pondasi gedung utamanya. Besar lubang pondasi strous untuk lapangan outdor  berdiameter 30 cm, sedangkan untuk pondasi strous gedung lapangan indoor adalah 60 cm. Kedalaman pengeboran sesuai gambar rata-rata 6 meter dengan jarak antar lubang pondasi adalah 5 meter. Pengeboran dilakukan secara manual dengan bor tanah biasa, beberapa orang memutar dan menekan kebawah bagian pusat pengeboran. Galian tanah yang dibor dialiri air untuk mempermudah pekerjaan. Dengan mengaliri air pada mata bor maka tanah yang dibor akan menjadi lunak.

2.2.4        Pelaksanaan Pekerjaan Penulangan
Pelaksanaan pekerjaan penulangan pondasi strous ini dikerjaan bersamaan dengan pekerjaan galian.













Gambar 2.9 Tulangan pondasi yang sudah melalui proses pemotongan

Tulangan yang dipakai pada struktur pondasi strous adalah tulangan polos Ø 12  untuk tulangan pokok, dan tulangan polos Ø 10 untuk sengkang. Jumlah tulangan pokoknya 8 Ø 12 Sedangkan pada tulangan pondasi strous untuk pondasi utama gedung tenis indoor Universitas Negeri Malang menggunakan tulangan deform D16  dan tulangan polos tulangan polos Ø 12 untuk sengkang. Jumlah tulangan pokoknya adalah 8 D16.











( a )












( b )

Gambar 2.10 Rangkaian (a) tulangan polos Ø 12 mm dan (b) tulangan deform D16

Besi tulangan yang dipakai adalah baja mutu fy = 320 Mpa dengan tegangan leleh maksimum 3200 kg/cm2. Proses pembuatan tulangan dibagi dalam empat tahap yaitu pengukuran besi tulangan, pemotongan tulangan, pembengkokan tulangan, dan perangkaian tulangan. Semua pekerjaan penulangan ini dilakukan ditempat yang sama, tidak jauh dari lokasi pembangunan pembangunan lapangan tenis. Karena proses penulangan ini juga dipakai pada pembangunan Gedung Serbaguna Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang Tahap V.

2.2.4.1 Pengukuran Besi Tulangan
Pengukuran panjang tulangan disesuaikan dengan panjang yang ditentukan. Panjang yang dipotong adalah panjang total menurut perhitungan ditambah dengan panjang kait. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah pertambahan panjang akibat pembengkokan, apabila pembengkokan tidak direncanakan maka saat dibengkokkan panjang yang dibutuhkan akan berkurang atau menjadi lebih pendek.
Proses pengukuran merupakan tahap awal dalam proses penulangan. Pengukuran dilakukan untuk menentukan panjang besi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan yang telah dirancanakan sebelumnya. Pengukuran dilakukan seteliti mungkin agar menghasilkan ukuran yang seragam dan tidak terlalu banyak sisa tulangan yang terbuang. Sebelumnya besi tulangan diluruskan terlebih dahulu. Setelah itu pengukuran dilakukan dengan meteran ukur.
Pada tahap ini dilakukan pula pembersihan tulangan dari kotoran yang menempel pada saat penyimpanan bahan. Tulangan yang telah diukur diberi tanda menggunakan kapur, sehingga mempermudah dalam pemotongan nantinya. Karena pada proses pemotongan menggunakan mesin pemotong, jadi pengukuran dilakukan satu kali untuk membuat sampel. Setelah itu pemotongan disesuaikan dengan besi pertama yang dipotong.









Gambar 2.11 Meteran untuk mengukur tulangan

1.2.3.2                                      Pemotongan Tulangan
Menurut Astanto (2001:67) pemotongan baja tulangan harus sesuai dengan panjang tulangan yang telah tercantum dalam gambar dan harus diketahui luar penampang sebenarnya sebelum dipotong. Ada beberapa cara pemotongan baja tulangan, yaitu:
a.    Pemotongan dengan gunting baja besar tangan pemotongan dengan gunting tangan baja untuk baja berdiameter kecil.
b.    Pemotongan dengan mesin gunting yang digerakkan tangan, pemotongan dengan gunting mesin untuk baja berdiameter yang lebih besar.
c.    Pemotongan dengan gunting mesin yang digerakkan tangan, pemotongan dengan alat ini sangat ekonomis, maka sangat baik untuk pemotongan baja beton dalam jumlah yang besar.
d.   Pemotongan dengan gergaji jika alat-alat yang dimiliki terbatas dan pekerjanya sangat sedikit.
Pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang pemotongan baja tulangan dilakukan menggunakan mesin pemotong baja (bar cutter). Adapun langkah-langkah proses pemotongan antara lain adalah:
1.    Mempersiapkan besi yang akan dipotong.
2.    Besi yang akan dipotong terlebih dahulu diluruskan agar mudah saat pemotongan.
3.    Besi tersebut diukur sesuai dengan kebutuhan dan diberi tanda menggunakan kapur tulis.
4.    Kemudian besi tersebut dipotong dengan menggunakan mesin potong (bar cutter).
5.    Para pekerja terkadang memotong besi dengan jumlah 3-5 sekaligus untuk mempercepat pekerjaan.









Gambar 2.12 Pekerja sedang memotong besi dengan alat pemotong besi (bar cutter)
    


1.2.3.3                                      Pembuatan sengkang tulangan pondasi
Mencari LITERATUR BOY....
Batang baja yang telah dipotong setelah itu dibengkokan sesuai dengan rencana dan ujung-ujungnya dibuat kaitan. Menurut SK SNI 03-2847-2002 Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1.    Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujungbebas kait.
2.    Bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait.
3.    Untuk sengkang dan kait pengikat:
a)        Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas kait, atau
b)        Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait, atau
c)        Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas kait.

Tabel 2.1 Diameter Bengkokan Minimum
Beberapa macam bengkokan pada ujung tulangan dapat dilihat pada Gambar 2.12.






Gambar 2.12 Macam bengkokkan pada ujung tulangan
         (Sumber: Astanto, 2001:69)

Pekerjaan pembuatan sengkang spiral pada pembanguan Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang menggunakan alat yang dibuat sendiri yang membentuk sebuah tabung. Setiap sengkang memiliki ukuran yang berbeda, sehingga ukuran masing – masing alat pembuatnya berbeda pula. Berikut gambarnya










Gambar 2.13 Alat pembuat sengkang spiral

Adapun cara pembuatan sengkang spiral untuk tulangan pondasi strous  adalah sebagai berikut:
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan sengkang spiral.
2.    Meneliti atau memeriksa bahwa tulangan / besi yang akan dibuat sengkang benar – benar lurus.
3.    Menempatkan dan mengaitkan ujunga besi yang akan dibuat sengkang spiral pada silinder pembuat sengkang. Kemudian ujungnya dibengkokan sedikit agar bisa mengait.
4.    Setelah ujung tulangan sudah benar – benar terkait pada silinder, maka pekerja langsung memutar silindernya.
5.    Pekerjaan dilakukan oleh 2 orang, yang satu memutar silinder tersbut, sedangkan orang yang ke dua memegang besi dan menatanya agar letak putarannya tertata rapi dan sesuai dengan ketentuan yang ada (sesuai gambar).
6.    Pemutaran silinder dilakukan sampai besi telah tergulung semuanya dan menjadi spiral.
7.    Yang perlu diperhatikan, saat pemutaran usahakan searah dan jangan menyentak kebelakang atau berbalik arah. Karena jika sudah berbalik arah, maka untuk meluruskan dan membuat spiral kembali akan mengalami kesulitan. Jadi diusahakan sekali putar langsung selesai.
8.    Tulangan sengkang spiral sudah selesai, dan bisa digunakan sebagai sengkang untuk tulangan pondasi strous.









Gambar 2.14 Hasil setelah penggulungan dan membentuk sengkang spiral

Pada pekerjaan pondasi strous pembengkokan besi dilakukan pada saat pembuatan besi sengkang dan pada saat penyambungan tulangan pokok terhadap tulangan wire mesh. Untuk pembuatan sengkang, menggunakan silinder dengan cara diputar.










Gambar 2.15 Proses pembengkokan tulangan.
Menurut Astanto (2001) Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembengkokan baja tulangan yaitu sebagai berikut.
a.         Pembengkokan baja tulangan disesuaikan gambar rencana denga toleransi yang sudah disyaratkan.
b.        Membengkok dan meluruskan tulangan hanya dilakukan bila tulangan dalam keadaan dingin.
c.         Membengkok dan meluruskan tulangan tidak boleh merusak batang tulangan.
d.        Batang tulangan yang tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkok atau diluruskan di lapangan.
e.         Tidak boleh membengkokan lagi dalam jarak 10 cm dari bengkokan sebelumnya setelah dibengkok dan diluruskan kembali pada tulangan profil. Yang dimaksud batang profil adalah batang yang dipuntir atau diprismatis dengan permukaan diberi rusuk-rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang. Jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih 0,7 kali diameter pengenalnya.
f.         Jari-jari pembengkokan dipilih tidak kurang dari r= 10 D (D adalah garis tengah tulangan), dan pada kaitan dipilih jari-jari minimal r= 2,5D.

1.2.3.4                                      Perangkaian Tulangan
Besi yang telah diukur dan sudah dipotong menurut ukuranya, kemudian dirangkai dengan sengkang yang telah dibuat sesuai ukuran kedalaman pondasi strous dan gambar bestek.
Menurut Gideon (1993) dalam pengikatan besi tulangan ada 3 tipe pengikatan, yaitu:
1.        Pengikatan silang: yaitu digunakan untuk menghubungkan batang-batang bersilangan.
2.        Pengikat sadel yaitu: digunakan untuk menghubungkan sengkang-sengkang dengan empat batang tulangan sudut dari kolom dan balok-balok pada titik persilangan.
3.        Pengikatan rangkap yaitu: digunakan untuk sambungan ekstra kuat.
Gambar 2.16 Tipe-tipe pengikatan

Pada proses perangkaian pondasi ini, menggunakan pengikatan rangkap, namun terkadang juga hanya menggunakan pengikatan silang. Perangkaian tulangan spiral berbeda dengan pengikatan / perangkaian balok atao kolom yang berbentuk persegi. Yang harus diperhatikan dalam perangkaian spiral adalah agara sengkang pas / sesuai dengan panjang kebutuhan tulangan. Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah membagi perletakan tulangan pokok agar merata di sekeliling sengkang spiral.
Proses perangkaian tulangan pada pembuatan pondasi strous dilaksanakan langsung dilapangan setelah pengerjaan pengeboran. Karena struktur pondasi ini menyambung pada wire mesh di atasnya, maka struktur tulangannya dikeluarkan sepanjang ± 50 cm. Sehingga perangkaian nantinya akan tersambung antara besi lubang bor yang satu dengan yang lainnya. Namun dalam pekerjaan ini tidak dilebihkan, karena nantinya tanah di daerah ini akan digali kembali, di rata airkan (disamakan) dengan lapangan yang sudah ada. Otomatis secara tidak langsung setelah pekerjaan galian perataan, tulangan pondasi strous akan muncul kepermukaan.










Gambar 2.17  Perangkain tulangan pondasi strous
Penyambungan tulangan dilakukan dengan mengikat kawat bindrat pada perpotongan stiap tulangan, sehingga konstruksi tulangan kuat yang sesuai dengan rencana. Pada perangkaian tulangan, ukuran untuk diameter pondasi adalah 20cm utuk pondasi lapangan tenis out door. Sedangkan untuk pondasi bangunan utamanya berdiamater 30cm.
Untuk jarak sengkangnya jika sesuai dengan gambar berjarak 15 cm, namun pada pelaksanaan dilapangan tidak bisa tepat 15 cm. Proses pereangkaian sengkang berbeda dengan sengkang yang berbentuk persegi yang bisa presisi. Pelaksanaan sengkang spiral dengan cara ditarik sengkangnya hingga mengalami kemoloran dan memenuhi jarak sengkang yang telah direncanakan, yakni 15 cm.












Gambar 2.18 Tulangan yang sudah terangkai.

1.2.4        Pelaksanaan Perletakan tulangan ke dalam titik lubang pondasi
Untuk pekerjaan pondasi strous ini tidak menggunakan bekisting, karena pekerjaan pondasi langsung berhubunga dengan tanah. Meskipun harus menggunakan bekisting, namun bukan dari kayu nelainkan campuran PC dan PS, yang biasa disebut dengan lantai kerja.
Pekerjaan pondasi strous pada pembangunan gedung olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang tidak menggunakan lantai kerja, karena kedalaman pondasi yang mencapai 6 m. Selain itu juga terdapat beberapa titik lubang pondasi yang terdapat sumber air. Pemasangan tulangannya langsung dimasukkan secara manual ke dalam lubang pondasi.

Gambar 2.19 Tulangan yang sudah diamsukkan ke dalam titik lubang

2.2.5        Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Pondasi Strous
Menurut Mulyono (2005:3) menyatakan beton merupakan fungsi dari bahan penyusunya yang terdiri dari bahan semen hidraulik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah (admixture atau additive).
Pelaksana proyek ini yakni PT. WASKITA KARYA melakukan kerja sama dengan perusahan beton Redy Mix PT. MERAK JAYA BETON. Jadi semua proses pengecoran struktur pada proyek ini menggunakan campuran beton dari PT. MERAK JAYA BETON.
Gambar 2.20 Proses penuangan beton dari Truck Mixer
Dalam proses pembuatan campuran pastinya terdapat kriteria atau cara tersendiri untuk menjaga nilai slump test agar tetap sesuai dengan yang diinginan. Dalam hal ini proses pengadukan merupakan hal yang tidak boleh untuk diabaikan. Pengadukan itu sendiri adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar beton, yaitu semen, pasir, kerikil, dan air dalam perbandingan yang telah ditentukan. Pengadukan dilakukan sedemikian rupa sampai adukan beton benar-benar homogen, warnanya tampak rata, kelecakan cukup (tidak terlalu cair dan tidak terlalu kental), tidak tampak adanya pemisahan butir (segregasi). Pengadukan beton yang kurang homogen dapat menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya.
Pengadukan biasa dilakukan dengan tangan atau dengan mesin. Astanto (2001:77) menjelaskan pengadukan dengan menggunakan mesin pengaduk lebih ekonomis dan cepat, sehingga cocok untuk pekerjaan besar.
Karena pekerjaan penahan tanah (soil nailiang) merupakan skala besar maka pada pembuatan adonan beton proses awal yang dilakukan adalah mengaduk campuran beton. Pada pekerjaan balok penahan dinding penahan tanah (soil nailing) ini pengadukan beton dilakukan di tempat pembuatan beton dan di dalam mobil (truck mixer) selama perjalanan dan setelah tiba di lapangan.
Sedangkan untuk adonan beton yang digunakan untuk mengecor pada bagian lubang bor dengan menggunakan alat mixer beton khusus yang tersambung dengan concrete pump untuk menyuntikan beton ke dalam lubang bor yang telah diberi tulangan.
Menurut Mulyono (2005:220) waktu pengadukan akan berpengaruh pada mutu beton. Jika terlalu sebentar pencampuran bahan kurang merata, sehingga pengikatan antara bahan-bahan beton akan berkurang. Sebaliknya, pengadukan yang terlalu lama akan mengakibatkan:
a.    Naiknya suhu beton.
b.    Keausan pada agregat sehingga agregat pecah.
c.    Terjadinya kehilangan air sehingga penambahan air diperlukan.
d.   Bertambahnya nilai slump
Untuk nilai slump, bisa dilihat dengan cara slump test









Gambar 2.21 Alat slump test
e.    Menurunnya kekuatan beton.

2.2.5.1  Pengangkutan
Menurut Mulyono (2005:224) alat angkut dibedakan menjadi dua, yakni alat angkut manual dan mesin. Alat angkut manual menggunakan tenaga manusia, dengan alat bantu sederhana (dapat berupa ember, gerobak dorong, talang) dan biasanya mempunyai kapasitas kecil. Alat angkut mesin biasanya dibutuhkan untuk pengerjaan yang kapasitasnya besar dan jarak antara tempat pengolahan beton dan tempat pengerjaan struktur jauh. Contoh alat angkut ini adalah truck mixer, belt conveyor, concrete pump, dan tower crane.
Pada pekerjaan dinding penahan tanah (soil nailing) ini pengangkutan beton dilakukan 2 tahap, yang pertama pengangkutan dari tempat pembuatan beton (ready mix) menuju lokasi proyek dan yang kedua pengangkutan beton dari truk beton (truck mixer) ke tempat pengecoran.
Pengangkutan beton dari tempat pembuatan beton (ready mix) menuju lokasi proyek menggunakan truk beton (concrete truck). Selama pengangkutan beton secara terus menerus diaduk, pengadukan tersebut dilakukan untuk menunda pengikatan semen yang akan menyebabkan beton mengeras.
Pengangkutan kedua dilakukan di lokasi proyek dari truk beton (concrete truck) ke lokasi tempat pengecoran menggunakan bucket. Pengangkutan beton ini dibantu dengan tower crane
.











Gambar 2.22 Pengangkutan beton truck mixer.

2.2.5.2  Penuangan
Agar mendapatkan beton yang baik, usahakan dalam proses pengecoran tidak terjadi segregasi pada beton. Maka oleh sebab itu diperlukan proses penuangan adukan beton secara benar. Setiap melakukan pengecoran, sudah terbiasa para pelaksana melakukan slump test, hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa nilai slump test dari beton tersebut.
Sebelum campuran beton digunakan, terlebih dulu dilakukan uji slump. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan campuran. “Slump diperiksa memakai Corong-Kerucut Abrams yang diisi dengan 3 lapis, tiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat baja” (Sagel dkk, 1997:160). Corong-kerucut Abrams dapat dilihat pada Gambar 2.23


 





Gambar 2.23 Corong-kerucut Abrams

Pada Proyek Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang Untuk slump yang diinginkan dalam pekerjaan ini adalah ±10cm.










Gambar 2.24 Pembuatan Slump test












Gambar 2.25 Pengukuran Hasil Slump Test
Menurut Astanto (2001:79) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penuangan adukan beton:
a.     penuangan adukan beton dilakukan secara terus-menerus (tidak terputus) untuk menghindari perbedaan waktu pengikatan awal.
b.    Hindari penuangan adukan beton pada waktu hujan.
c.    Agar tidak terjadi pemisahan butir-butir campurannya maka beton tidak boleh terlalu tinggi dijatuhkan (tidak boleh lebih dari 1 meter)
d.   Pada pembuatan konstruksi beton bertulang tebal lapisan beton untuk sekali penuangan maksimal 30cm.
Pada proses pengecoran setelah beton tiba di lokasi proyek tempat pengecoran, beton lalu dituangkan ke dalam tempat yang telah disiapkan sebelumnya. Pada pengerjaan kontruksi pondasi strous ini penuangan dilakukan menggunakan ember dan alat bantu gerobak dorong (Arco).
Gambar 2.26 Proses penuangan beton pada balok penahan.

Cara penuangan seperti ini dilakukan di seluruh titik pondasi, baik itu pondasi lapangan tenis out door maupaun bangunan utama tenis indoor. Hal yang menjadi dilema dalah ketika beberapa titik pondasi terdapat sumber air. Hal ini akan mepengaruhi kekuatan, slump, kadar air dari beton itu sendiri.
Mencari LITERATUR BOY....
2.2.5.3  Pemadatan
Pada pelaksanaan pengecoran, proses pemadatan sangat penting dilakukan agar tidak terjadi keropos karena adanya udara yang terjebak di adonan beton. Menurut Mulyono (2005:227) pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan akan alat disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan. Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial setting time pada beton. Dalam praktik di lapangan, pengindikasian initial setting time dilakukan dengan cara menusuk beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk sedalam 10 cm, berarti initial setting time belum tercapai.
Pada proses pengecoran pondasi strous ini pemadatan dilakukan dengan menggunakan besi dan kayu yang ditusuk-tusukan ke dalam adonan beton.











Gambar 2.27 Proses pemadatan menggunakan kayu.

Pemadatan dilaksanakan setiap seleseai penuangan campuran beton ke dalam lubang yang akan dibuat pondasi strous secara terus menerus sampai batas yang telah ditentukan











Gambar 2.28 Hasil setelah proses pengecoran.

2.2.6        Pelaksanaan Pekerjaan Perawatan Beton.
Perawatan beton adalah suatu langkah untuk memberikan kesempatan pada beton untu mengembangkan kekuatanya secara wajar dan sesempurna mungkin. Menurut Wuryati (2001:53) perawatan beton adalah suatu langkah atau tindakan untuk memberikan kesempatan pada semen/beton mengembangkan kekuatanya secara wajar dan sesempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu pekerjaan beton perlu dijaga agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban beton itu haru dijaga agar proses hidrasi semen dapat terjadi dengan wajar dan berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi beton kurang kuat, dan juga timbul retak-retak.
Perawatan terhadap beton sangatlah penting, karena untuk menghindari terjadinya susut permukaan akiat air pada pengerasan beton dihari pertama (bleeding) dan seterusnya, perbedaan temperatur pada beton menjaga terjadinya rengat-rengat pada beton.
Pada pelaksanaan pekejaan dinding penahan tanah (soil nailing) ini setelah dilakukan pengecoran dan pelepasan bekisting, pada beton tidak dilakukan perawatan dengan cara menyiram beton atau membungkus dengan menggunakan karung basah atau plastik. Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaannya adalah musim hujan, jadi tidak dilakukan perawatan secara khusus pada beton. Perawatan pada beton dilakukan dengan hanya memoles permukaan beton yang tidak rata dengan menggunakan adonan semen agar beton menjadi rata.
Hasil pengecoran tidak selamanya sempurna, pada pengecoran dinding penahan tanah (soil nailing) pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Tenis IndoorMalang ini tidak rata atau lurus. Hal tersebut terjadi akibat kontur tanah yang tidak rata. Tanah sengaja tidak diratakan karena apabila diratakan paku yang sudah tertancap terlebih dahulu sebelum pengecoran pada tanah tersebut akan berkurang panjangnya. 
Gambar 2.29 kondisi lapangan setelah pengecoran pondasi strous.


2 komentar: