2.2 KEGIATAN KHUSUS
Dalam praktek industri ini tidak hanya melakukan kegiatan umum melainkan juga terdapat kegiatan khususnya. Kegiatan khusus dalam hal ini adalah kegiatan yang lebih
ditekankan pada satu pengamatan yang di lakukan oleh individu. Pada praktik industri kali ini praktikan memilih
pekerjaan konstruksi pondasi strous sebagai kegiatan khusus yang akan diamati. Pondasi
strous ini dikerjakan pada bagian seluruh bangunan untuk pondasi, diantaranya
sebagai pondasi lapangan out tenis outdoor
dan banguanan gedung lapanga tenia indoor itu sendiri.
Adapun urutan proses pekerjaan pondasi
strous adalah adalah pekerjaan persiapan (pembersihan lahan), pekerjaan survey (penentuan titik
pondasi), galian tanah, pekerjaan
pembesian (penulangan), pekerjaan
pengecoran, pekrjaan lanjutan yakni pekerjaan urugan tanah untuk melanjutkan ke
pengecoran plat wire mesh.
2.2.1
Pekerjaan
Persiapan
Di
dalam pelaksanaan suatu proyek, tahap awal dalam pelaksanaan suatu proyek
adalah tahapan persiapan. Tahapan ini mencakup semua persiapan-persiapan awal
untuk memulai suatu pekerjaan di dalam proyek tersebut. Pekerjaan persiapan ini
mencakup pekerjaan pembersihan lahan pada sekeliling tempat yang akan dibangun lapangan tenis, dalam hal ini yang lebih spesifik adalh pekerjaan pondasi
strous lapangan tenis out door. Mulai
dari persiapan alat-alat yang nantinya akan
digunakan dalam pembuatan pekerjaan
pondasi strous, persiapan bahan bangunan dan lain sebagainya.
Gambar
2.5 Lahan sebelum dibangun lapangan tenis Out door
Pekerjaan
persiapan dilakukan agar dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi strous yang sedang
berlangsung, tidak ada kendala-kendala yang disebabkan kebutuhan yang
diperlukan tidak tersedia di lapangan. Dalam pekerjaan persiapan dilanjutkan dengan pekerjaan
pembersihan lahan. Tujuannya adalah membantu dalam memperlancar pada saat
proses pengerjaan.
Gambar
2.6 Pembersihan
lahan oleh pekerja
2.2.2
Pekerjaan Survey (Penentuan Titik Pondasi Strous)
Untuk
menetukan beberapa titik yang akan dibanguna pondasi strous, terlebih dahulu
melakukan sebuah pekerjaan survey. Hal ini adalah untuk memudahkan bagi
pelaksana pekerjaan galian pondasi. Dalam Proyek Gedung Teacher Study &
Training Center Graha Serbaguna Tahap V Universitas Negeri Malang untuk bagian lapangan
out door nya terdapat ....... titik
pondasi strous, selain itu seluruh pondasi bangunan ini juga menggunakan
pondasi srous. Dengan begitu banyaknya titik pondasi, maka pekerjaan survey
merupakan salah satu pekerjaan yang mampu membantu kemudahan dalam pelaksaan
pekerjaan penentuaan titik pondasi.
Pekerjaan survey
ini sama dengan pekerjaan yang lain, yakni harus sesuai dengan soph drawing
yang telah dibuat, dan pekerjaan ini dilaksanakan oleh bagian surveyor dari
team pelaksana yakni satu orang kepala bagian dibantu dengan 2 orang pembantu
pelaksana pekerjaan. Sedangkan alat yang digunakan dalam pekerjaan survey ini
adalah PPD ATF-3.
Gambar
2.7 Seorang
Pekerja Melakukan Pekerjaan Survay (membawa bak ukur).
2.2.3
Pelaksanaan
Pekerjaan
Galian Pondasi
Pekerjaan galian pondasi strous
dilakukan setelah lahan yang akan di bor dibersihkan terlebih dahulu, bersih dalam hal ini adalah tidak adanya halangan dalam
pekerjaan galian, minimal titik-titik pondasi tidak terdapat bahan atau benda
yang mengganggu. Pekerjaan pondasi strous yang
diterapkan pada proyek pembangunan
gedung olahraga tenis indoor Universitas Negeri Malang
ini berhubungan atau berkaitan dengan kelanjutan pembangunan lapangan bagian outdoor,
namun tidak ada kaitannya dengan pembangunan gedung indoor, jadi bisa
dilaksanakan secara bersamaan.
Gambar
2.8 Proses
Penggalian
Pada proyek pembangunan
Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas
Negeri Malang ini pelaksanaan pengeboran dilakukan secara serentak. Maksudnya adalah penyelesaiaan awal adalah pada bagian
lapangan outdoor, kemudian dilanjutkan untuk pondasi gedung utamanya. Besar
lubang pondasi strous untuk lapangan outdor berdiameter 30 cm,
sedangkan untuk pondasi strous gedung lapangan indoor adalah 60 cm.
Kedalaman pengeboran sesuai gambar
rata-rata 6 meter dengan jarak antar lubang pondasi adalah 5 meter. Pengeboran dilakukan secara manual dengan bor tanah biasa, beberapa orang memutar dan menekan
kebawah bagian pusat pengeboran. Galian tanah yang dibor dialiri air untuk
mempermudah pekerjaan.
Dengan mengaliri air pada mata bor maka tanah yang dibor akan menjadi lunak.
2.2.4
Pelaksanaan
Pekerjaan Penulangan
Pelaksanaan pekerjaan
penulangan pondasi strous ini
dikerjaan bersamaan dengan pekerjaan
galian.
Gambar
2.9 Tulangan
pondasi yang sudah melalui proses pemotongan
Tulangan yang dipakai
pada struktur pondasi strous
adalah tulangan polos Ø 12 untuk tulangan pokok, dan tulangan
polos Ø 10
untuk sengkang. Jumlah tulangan pokoknya 8 Ø 12 Sedangkan pada
tulangan pondasi strous untuk pondasi utama gedung tenis indoor Universitas
Negeri Malang menggunakan tulangan deform D16 dan
tulangan polos tulangan polos Ø 12 untuk
sengkang. Jumlah tulangan pokoknya adalah
8 D16.
( a )
( b )
Gambar
2.10 Rangkaian
(a) tulangan polos Ø 12 mm dan (b) tulangan deform D16
Besi
tulangan yang dipakai adalah baja mutu fy = 320 Mpa dengan tegangan leleh
maksimum 3200 kg/cm2. Proses pembuatan
tulangan dibagi dalam empat tahap yaitu pengukuran besi tulangan, pemotongan tulangan,
pembengkokan tulangan, dan perangkaian tulangan. Semua pekerjaan penulangan ini dilakukan ditempat yang sama, tidak jauh
dari lokasi pembangunan pembangunan lapangan tenis. Karena proses penulangan ini juga dipakai pada
pembangunan Gedung Serbaguna Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang Tahap V.
2.2.4.1 Pengukuran
Besi Tulangan
Pengukuran panjang
tulangan disesuaikan dengan panjang yang ditentukan. Panjang yang dipotong
adalah panjang total menurut perhitungan ditambah dengan panjang kait. Dalam
hal ini yang perlu diperhatikan adalah pertambahan panjang akibat pembengkokan,
apabila pembengkokan tidak direncanakan maka saat dibengkokkan panjang yang
dibutuhkan akan berkurang atau menjadi lebih pendek.
Proses pengukuran
merupakan tahap awal dalam proses penulangan. Pengukuran dilakukan untuk
menentukan panjang besi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan yang telah
dirancanakan sebelumnya. Pengukuran dilakukan seteliti mungkin agar
menghasilkan ukuran yang seragam dan tidak terlalu banyak sisa tulangan yang
terbuang. Sebelumnya besi tulangan diluruskan terlebih dahulu. Setelah itu
pengukuran dilakukan dengan meteran ukur.
Pada tahap ini
dilakukan pula pembersihan tulangan dari kotoran yang menempel pada saat
penyimpanan bahan. Tulangan yang telah diukur diberi tanda menggunakan kapur,
sehingga mempermudah dalam pemotongan
nantinya. Karena pada proses pemotongan menggunakan mesin pemotong, jadi
pengukuran dilakukan satu kali untuk membuat sampel. Setelah itu pemotongan
disesuaikan dengan besi pertama yang dipotong.
Gambar
2.11 Meteran
untuk mengukur tulangan
1.2.3.2
Pemotongan
Tulangan
Menurut Astanto (2001:67) pemotongan baja tulangan
harus sesuai dengan panjang tulangan yang telah tercantum dalam gambar dan
harus diketahui luar penampang sebenarnya sebelum dipotong. Ada beberapa cara
pemotongan baja tulangan, yaitu:
a.
Pemotongan
dengan gunting baja besar tangan pemotongan dengan gunting tangan baja untuk
baja berdiameter kecil.
b.
Pemotongan
dengan mesin gunting yang digerakkan tangan, pemotongan dengan gunting mesin
untuk baja berdiameter yang lebih besar.
c.
Pemotongan
dengan gunting mesin yang digerakkan tangan, pemotongan dengan alat ini sangat
ekonomis, maka sangat baik untuk pemotongan baja beton dalam jumlah yang besar.
d.
Pemotongan
dengan gergaji jika alat-alat yang dimiliki terbatas dan pekerjanya sangat
sedikit.
Pada proyek
pembangunan Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang pemotongan
baja tulangan dilakukan menggunakan mesin pemotong baja (bar cutter). Adapun langkah-langkah proses pemotongan antara lain
adalah:
1. Mempersiapkan
besi yang akan dipotong.
2. Besi
yang akan dipotong terlebih dahulu diluruskan agar mudah saat pemotongan.
3. Besi
tersebut diukur sesuai dengan kebutuhan dan diberi tanda menggunakan kapur
tulis.
4. Kemudian
besi tersebut dipotong dengan menggunakan mesin potong (bar cutter).
5. Para pekerja terkadang memotong besi dengan jumlah 3-5
sekaligus untuk mempercepat pekerjaan.
Gambar
2.12 Pekerja
sedang memotong besi dengan alat pemotong besi (bar cutter)
1.2.3.3
Pembuatan sengkang tulangan pondasi
Mencari LITERATUR BOY....
Batang baja yang
telah dipotong setelah itu dibengkokan sesuai dengan rencana dan ujung-ujungnya
dibuat kaitan. Menurut SK SNI 03-2847-2002 Pembengkokan
tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1.
Bengkokan 180° ditambah
perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujungbebas
kait.
2.
Bengkokan 90° ditambah
perpanjangan 12db pada ujung bebas kait.
3.
Untuk sengkang dan kait
pengikat:
a)
Batang D-16 dan yang lebih
kecil, bengkokan 90°
ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas
kait, atau
b)
Batang D-19, D-22, dan
D-25, bengkokan 90°
ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait,
atau
c)
Batang D-25 dan yang lebih
kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas
kait.
Tabel 2.1 Diameter Bengkokan Minimum
Beberapa macam bengkokan pada ujung tulangan dapat
dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Macam bengkokkan pada ujung tulangan
(Sumber: Astanto, 2001:69)
Pekerjaan pembuatan sengkang spiral pada pembanguan Gedung Olahraga
Tenis Indoor Universitas Negeri Malang menggunakan alat yang dibuat sendiri
yang membentuk sebuah tabung. Setiap sengkang memiliki ukuran yang berbeda,
sehingga ukuran masing – masing alat pembuatnya berbeda pula. Berikut gambarnya
Gambar
2.13 Alat
pembuat sengkang spiral
Adapun cara pembuatan sengkang spiral untuk tulangan pondasi strous adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan sengkang spiral.
2. Meneliti atau memeriksa bahwa tulangan / besi yang akan
dibuat sengkang benar – benar lurus.
3. Menempatkan
dan mengaitkan ujunga besi
yang akan dibuat sengkang spiral
pada silinder pembuat sengkang. Kemudian ujungnya dibengkokan sedikit agar bisa mengait.
4. Setelah
ujung tulangan sudah benar – benar terkait pada silinder,
maka pekerja langsung memutar silindernya.
5. Pekerjaan dilakukan oleh 2 orang, yang satu memutar
silinder tersbut, sedangkan orang yang ke dua memegang besi dan menatanya agar
letak putarannya tertata rapi dan sesuai dengan ketentuan yang ada (sesuai
gambar).
6. Pemutaran silinder dilakukan sampai besi telah tergulung
semuanya dan menjadi spiral.
7. Yang perlu diperhatikan, saat pemutaran usahakan searah
dan jangan menyentak kebelakang atau berbalik arah. Karena jika sudah berbalik
arah, maka untuk meluruskan dan membuat spiral kembali akan mengalami
kesulitan. Jadi diusahakan sekali putar langsung selesai.
8. Tulangan sengkang spiral sudah selesai, dan bisa
digunakan sebagai sengkang untuk tulangan pondasi strous.
Gambar
2.14 Hasil
setelah penggulungan dan membentuk sengkang spiral
Pada pekerjaan pondasi strous
pembengkokan besi dilakukan pada
saat
pembuatan besi sengkang dan pada saat penyambungan tulangan pokok terhadap
tulangan wire mesh. Untuk pembuatan sengkang, menggunakan silinder dengan cara diputar.
Gambar
2.15 Proses pembengkokan
tulangan.
Menurut Astanto
(2001) Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembengkokan baja
tulangan yaitu sebagai berikut.
a.
Pembengkokan
baja tulangan disesuaikan gambar rencana denga toleransi yang sudah
disyaratkan.
b.
Membengkok
dan meluruskan tulangan hanya dilakukan bila tulangan dalam keadaan dingin.
c.
Membengkok
dan meluruskan tulangan tidak boleh merusak batang tulangan.
d.
Batang
tulangan yang tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkok atau diluruskan di
lapangan.
e.
Tidak boleh
membengkokan lagi dalam jarak 10 cm dari bengkokan sebelumnya setelah dibengkok
dan diluruskan kembali pada tulangan profil. Yang dimaksud batang profil adalah
batang yang dipuntir atau diprismatis dengan permukaan diberi rusuk-rusuk yang
terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang. Jarak antara
rusuk-rusuk tidak lebih 0,7 kali diameter pengenalnya.
f.
Jari-jari
pembengkokan dipilih tidak kurang dari r= 10 D (D adalah garis tengah
tulangan), dan pada kaitan dipilih jari-jari minimal r= 2,5D.
1.2.3.4
Perangkaian
Tulangan
Besi yang telah diukur
dan sudah dipotong menurut ukuranya, kemudian dirangkai dengan sengkang yang telah dibuat
sesuai ukuran kedalaman pondasi strous dan
gambar bestek.
Menurut Gideon (1993) dalam pengikatan besi
tulangan ada 3 tipe pengikatan, yaitu:
1.
Pengikatan
silang: yaitu digunakan untuk menghubungkan batang-batang bersilangan.
2.
Pengikat
sadel yaitu: digunakan untuk menghubungkan sengkang-sengkang dengan empat
batang tulangan sudut dari kolom dan balok-balok pada titik persilangan.
3.
Pengikatan
rangkap yaitu: digunakan untuk sambungan ekstra kuat.
Gambar 2.16 Tipe-tipe pengikatan
Pada proses
perangkaian pondasi ini, menggunakan pengikatan rangkap, namun terkadang juga
hanya menggunakan pengikatan silang. Perangkaian tulangan spiral berbeda dengan
pengikatan / perangkaian balok atao kolom yang berbentuk persegi. Yang harus
diperhatikan dalam perangkaian spiral adalah agara sengkang pas / sesuai dengan
panjang kebutuhan tulangan. Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah
membagi perletakan tulangan pokok agar merata di sekeliling sengkang spiral.
Proses
perangkaian tulangan pada pembuatan
pondasi strous dilaksanakan langsung dilapangan
setelah pengerjaan pengeboran.
Karena struktur pondasi ini menyambung pada wire mesh di
atasnya, maka struktur tulangannya dikeluarkan
sepanjang ± 50 cm.
Sehingga perangkaian nantinya akan tersambung antara besi lubang bor yang satu
dengan yang lainnya. Namun dalam
pekerjaan ini tidak dilebihkan, karena nantinya tanah di daerah ini akan digali
kembali, di rata airkan (disamakan) dengan lapangan yang sudah ada. Otomatis
secara tidak langsung setelah pekerjaan galian perataan, tulangan pondasi
strous akan muncul kepermukaan.
Gambar
2.17 Perangkain tulangan
pondasi strous
Penyambungan tulangan
dilakukan dengan mengikat kawat bindrat pada perpotongan stiap tulangan,
sehingga konstruksi tulangan kuat yang sesuai dengan rencana. Pada perangkaian
tulangan, ukuran untuk diameter
pondasi adalah 20cm utuk pondasi lapangan tenis out door. Sedangkan untuk pondasi bangunan utamanya berdiamater
30cm.
Untuk jarak
sengkangnya jika sesuai dengan gambar berjarak 15 cm, namun pada pelaksanaan
dilapangan tidak bisa tepat 15 cm. Proses pereangkaian sengkang berbeda dengan
sengkang yang berbentuk persegi yang bisa presisi. Pelaksanaan sengkang spiral
dengan cara ditarik sengkangnya hingga mengalami kemoloran dan memenuhi jarak
sengkang yang telah direncanakan, yakni 15 cm.
Gambar 2.18 Tulangan yang sudah terangkai.
1.2.4
Pelaksanaan
Perletakan tulangan ke dalam titik lubang pondasi
Untuk
pekerjaan pondasi strous ini tidak menggunakan bekisting, karena pekerjaan
pondasi langsung berhubunga dengan tanah. Meskipun harus menggunakan bekisting,
namun bukan dari kayu nelainkan campuran PC dan PS, yang biasa disebut dengan
lantai kerja.
Pekerjaan
pondasi strous pada pembangunan gedung olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri
Malang tidak menggunakan lantai kerja, karena kedalaman pondasi yang mencapai 6
m. Selain itu juga terdapat beberapa titik lubang pondasi yang terdapat sumber
air. Pemasangan tulangannya langsung dimasukkan secara manual ke dalam lubang
pondasi.
Gambar
2.19 Tulangan yang sudah
diamsukkan ke dalam titik lubang
2.2.5
Pelaksanaan
Pekerjaan Pengecoran Pondasi Strous
Menurut Mulyono (2005:3) menyatakan beton
merupakan fungsi dari bahan penyusunya yang terdiri dari bahan semen hidraulik
(portland cement), agregat kasar,
agregat halus, air, dan bahan tambah (admixture
atau additive).
Pelaksana
proyek ini yakni PT. WASKITA KARYA melakukan kerja sama dengan perusahan beton
Redy Mix PT. MERAK JAYA BETON. Jadi semua proses pengecoran struktur pada
proyek ini menggunakan campuran beton dari PT. MERAK JAYA BETON.
Gambar
2.20 Proses
penuangan beton dari Truck Mixer
Dalam proses pembuatan campuran pastinya terdapat
kriteria atau cara tersendiri untuk menjaga nilai slump test agar tetap sesuai
dengan yang diinginan. Dalam hal ini proses pengadukan merupakan hal yang tidak
boleh untuk diabaikan. Pengadukan itu sendiri adalah proses pencampuran antara
bahan-bahan dasar beton, yaitu semen, pasir, kerikil, dan air dalam
perbandingan yang telah ditentukan. Pengadukan dilakukan sedemikian rupa sampai
adukan beton benar-benar homogen, warnanya tampak rata, kelecakan cukup (tidak
terlalu cair dan tidak terlalu kental), tidak tampak adanya pemisahan butir (segregasi). Pengadukan beton yang
kurang homogen dapat menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya.
Pengadukan biasa dilakukan dengan tangan atau
dengan mesin. Astanto (2001:77) menjelaskan pengadukan dengan menggunakan mesin
pengaduk lebih ekonomis dan cepat, sehingga cocok untuk pekerjaan besar.
Karena
pekerjaan penahan tanah (soil nailiang) merupakan skala besar maka pada
pembuatan adonan beton proses awal yang dilakukan adalah mengaduk campuran
beton. Pada pekerjaan balok penahan dinding penahan tanah (soil nailing) ini pengadukan beton dilakukan di tempat pembuatan
beton dan di dalam mobil (truck mixer)
selama perjalanan dan setelah tiba di lapangan.
Sedangkan
untuk adonan beton yang digunakan untuk mengecor pada bagian lubang bor dengan
menggunakan alat mixer beton khusus yang tersambung dengan concrete pump untuk menyuntikan beton ke dalam lubang bor yang
telah diberi tulangan.
Menurut Mulyono (2005:220) waktu pengadukan akan
berpengaruh pada mutu beton. Jika terlalu sebentar pencampuran bahan kurang
merata, sehingga pengikatan antara bahan-bahan beton akan berkurang.
Sebaliknya, pengadukan yang terlalu lama akan mengakibatkan:
a.
Naiknya suhu
beton.
b.
Keausan pada
agregat sehingga agregat pecah.
c.
Terjadinya
kehilangan air sehingga penambahan air diperlukan.
d.
Bertambahnya
nilai slump
Untuk nilai slump, bisa dilihat dengan cara slump
test
Gambar 2.21 Alat slump
test
e.
Menurunnya
kekuatan beton.
2.2.5.1
Pengangkutan
Menurut Mulyono (2005:224) alat angkut dibedakan
menjadi dua, yakni alat angkut manual dan mesin. Alat angkut manual menggunakan
tenaga manusia, dengan alat bantu sederhana (dapat berupa ember, gerobak
dorong, talang) dan biasanya mempunyai kapasitas kecil. Alat angkut mesin
biasanya dibutuhkan untuk pengerjaan yang kapasitasnya besar dan jarak antara
tempat pengolahan beton dan tempat pengerjaan struktur jauh. Contoh alat angkut
ini adalah truck mixer, belt conveyor,
concrete pump, dan tower crane.
Pada pekerjaan dinding
penahan tanah (soil nailing) ini
pengangkutan beton dilakukan 2 tahap, yang pertama pengangkutan dari tempat
pembuatan beton (ready mix) menuju
lokasi proyek dan yang kedua pengangkutan beton dari truk beton (truck mixer) ke tempat pengecoran.
Pengangkutan beton dari
tempat pembuatan beton (ready mix)
menuju lokasi proyek menggunakan truk beton (concrete truck). Selama pengangkutan beton secara terus menerus
diaduk, pengadukan tersebut dilakukan untuk menunda pengikatan semen yang akan
menyebabkan beton mengeras.
Pengangkutan kedua
dilakukan di lokasi proyek dari truk beton (concrete
truck) ke lokasi tempat pengecoran menggunakan bucket. Pengangkutan beton ini dibantu dengan tower crane
.
Gambar 2.22 Pengangkutan beton truck mixer.
2.2.5.2
Penuangan
Agar mendapatkan beton yang baik, usahakan dalam
proses pengecoran tidak terjadi segregasi pada beton. Maka oleh sebab itu
diperlukan proses penuangan adukan beton secara benar. Setiap melakukan
pengecoran, sudah terbiasa para pelaksana melakukan slump test, hal ini
dilakukan untuk mengetahui berapa nilai slump test dari beton tersebut.
Sebelum campuran beton digunakan, terlebih dulu dilakukan uji slump. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui kekentalan campuran. “Slump
diperiksa memakai Corong-Kerucut Abrams yang diisi dengan 3 lapis, tiap lapis
ditusuk-tusuk dengan tongkat baja” (Sagel dkk, 1997:160). Corong-kerucut Abrams
dapat dilihat pada Gambar 2.23
Gambar 2.23 Corong-kerucut Abrams
Pada Proyek Gedung
Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang Untuk
slump yang diinginkan dalam pekerjaan ini adalah ±10cm.
Gambar 2.24 Pembuatan Slump test
Gambar 2.25 Pengukuran Hasil Slump Test
Menurut Astanto (2001:79) ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penuangan adukan beton:
a.
penuangan adukan beton dilakukan secara
terus-menerus (tidak terputus) untuk menghindari perbedaan waktu pengikatan
awal.
b.
Hindari
penuangan adukan beton pada waktu hujan.
c.
Agar tidak
terjadi pemisahan butir-butir campurannya maka beton tidak boleh terlalu tinggi
dijatuhkan (tidak boleh lebih dari 1 meter)
d.
Pada
pembuatan konstruksi beton bertulang tebal lapisan beton untuk sekali penuangan
maksimal 30cm.
Pada proses pengecoran
setelah beton tiba di lokasi proyek tempat pengecoran, beton lalu dituangkan ke
dalam tempat yang telah disiapkan sebelumnya. Pada
pengerjaan kontruksi pondasi strous
ini penuangan dilakukan menggunakan ember dan alat bantu gerobak dorong (Arco).
Gambar
2.26 Proses penuangan beton
pada balok penahan.
Cara penuangan
seperti ini dilakukan di seluruh titik pondasi, baik itu pondasi lapangan tenis
out door maupaun bangunan utama tenis indoor. Hal yang menjadi dilema dalah
ketika beberapa titik pondasi terdapat sumber air. Hal ini akan mepengaruhi
kekuatan, slump, kadar air dari beton itu sendiri.
Mencari LITERATUR BOY....
2.2.5.3
Pemadatan
Pada pelaksanaan pengecoran, proses pemadatan sangat penting
dilakukan agar tidak terjadi keropos karena adanya udara yang terjebak di
adonan beton. Menurut Mulyono
(2005:227) pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan akan
alat disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan.
Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial
setting time pada beton. Dalam praktik di lapangan, pengindikasian initial setting time dilakukan dengan
cara menusuk beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat
ditusuk sedalam 10 cm, berarti initial
setting time belum tercapai.
Pada proses pengecoran pondasi strous ini pemadatan
dilakukan dengan menggunakan besi
dan kayu yang ditusuk-tusukan ke dalam adonan
beton.
Gambar
2.27 Proses
pemadatan menggunakan kayu.
Pemadatan
dilaksanakan setiap seleseai penuangan campuran beton ke dalam lubang yang akan
dibuat pondasi strous secara terus menerus sampai batas yang telah ditentukan
Gambar
2.28 Hasil
setelah proses pengecoran.
2.2.6
Pelaksanaan
Pekerjaan Perawatan Beton.
Perawatan beton adalah
suatu langkah untuk memberikan kesempatan pada beton untu mengembangkan
kekuatanya secara wajar dan sesempurna mungkin. Menurut Wuryati (2001:53) perawatan beton adalah suatu langkah atau
tindakan untuk memberikan kesempatan pada semen/beton mengembangkan kekuatanya
secara wajar dan sesempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu pekerjaan
beton perlu dijaga agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak adukan beton
dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban beton itu haru dijaga
agar proses hidrasi semen dapat terjadi dengan wajar dan berlangsung dengan
sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi beton kurang kuat, dan
juga timbul retak-retak.
Perawatan terhadap
beton sangatlah penting, karena untuk menghindari terjadinya susut permukaan
akiat air pada pengerasan beton dihari pertama (bleeding) dan seterusnya, perbedaan temperatur pada beton menjaga
terjadinya rengat-rengat pada beton.
Pada pelaksanaan
pekejaan dinding penahan tanah (soil
nailing) ini setelah dilakukan pengecoran dan pelepasan bekisting, pada
beton tidak dilakukan perawatan dengan cara menyiram beton atau membungkus
dengan menggunakan karung basah atau plastik. Hal ini dikarenakan pada saat
pelaksanaannya adalah musim hujan, jadi tidak dilakukan perawatan secara khusus
pada beton. Perawatan pada beton dilakukan dengan hanya memoles permukaan beton
yang tidak rata dengan menggunakan adonan semen agar beton menjadi rata.
Hasil pengecoran tidak
selamanya sempurna, pada pengecoran dinding penahan tanah (soil nailing) pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Tenis IndoorMalang
ini tidak rata atau lurus. Hal tersebut terjadi akibat kontur tanah yang tidak
rata. Tanah sengaja tidak diratakan karena apabila diratakan paku yang sudah
tertancap terlebih dahulu sebelum pengecoran pada tanah tersebut akan berkurang
panjangnya.
Gambar 2.29 kondisi
lapangan setelah pengecoran pondasi strous.
ak hanya melakukan kegiatan umum melainkan juga terdapat kegiatan khususnya. Kegiatan khusus dalam hal ini adalah kegiatan yang lebih
ditekankan pada satu pengamatan yang di lakukan oleh individu. Pada praktik industri kali ini praktikan memilih
pekerjaan konstruksi pondasi strous sebagai kegiatan khusus yang akan diamati. Pondasi
strous ini dikerjakan pada bagian seluruh bangunan untuk pondasi, diantaranya
sebagai pondasi lapangan out tenis outdoor
dan banguanan gedung lapanga tenia indoor itu sendiri.
Adapun urutan proses pekerjaan pondasi
strous adalah adalah pekerjaan persiapan (pembersihan lahan), pekerjaan survey (penentuan titik
pondasi), galian tanah, pekerjaan
pembesian (penulangan), pekerjaan
pengecoran, pekrjaan lanjutan yakni pekerjaan urugan tanah untuk melanjutkan ke
pengecoran plat wire mesh.
2.2.1
Pekerjaan
Persiapan
Di
dalam pelaksanaan suatu proyek, tahap awal dalam pelaksanaan suatu proyek
adalah tahapan persiapan. Tahapan ini mencakup semua persiapan-persiapan awal
untuk memulai suatu pekerjaan di dalam proyek tersebut. Pekerjaan persiapan ini
mencakup pekerjaan pembersihan lahan pada sekeliling tempat yang akan dibangun lapangan tenis, dalam hal ini yang lebih spesifik adalh pekerjaan pondasi
strous lapangan tenis out door. Mulai
dari persiapan alat-alat yang nantinya akan
digunakan dalam pembuatan pekerjaan
pondasi strous, persiapan bahan bangunan dan lain sebagainya.
Gambar
2.5 Lahan sebelum dibangun lapangan tenis Out door
Pekerjaan
persiapan dilakukan agar dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi strous yang sedang
berlangsung, tidak ada kendala-kendala yang disebabkan kebutuhan yang
diperlukan tidak tersedia di lapangan. Dalam pekerjaan persiapan dilanjutkan dengan pekerjaan
pembersihan lahan. Tujuannya adalah membantu dalam memperlancar pada saat
proses pengerjaan.
Gambar
2.6 Pembersihan
lahan oleh pekerja
2.2.2
Pekerjaan Survey (Penentuan Titik Pondasi Strous)
Untuk
menetukan beberapa titik yang akan dibanguna pondasi strous, terlebih dahulu
melakukan sebuah pekerjaan survey. Hal ini adalah untuk memudahkan bagi
pelaksana pekerjaan galian pondasi. Dalam Proyek Gedung Teacher Study &
Training Center Graha Serbaguna Tahap V Universitas Negeri Malang untuk bagian lapangan
out door nya terdapat ....... titik
pondasi strous, selain itu seluruh pondasi bangunan ini juga menggunakan
pondasi srous. Dengan begitu banyaknya titik pondasi, maka pekerjaan survey
merupakan salah satu pekerjaan yang mampu membantu kemudahan dalam pelaksaan
pekerjaan penentuaan titik pondasi.
Pekerjaan survey
ini sama dengan pekerjaan yang lain, yakni harus sesuai dengan soph drawing
yang telah dibuat, dan pekerjaan ini dilaksanakan oleh bagian surveyor dari
team pelaksana yakni satu orang kepala bagian dibantu dengan 2 orang pembantu
pelaksana pekerjaan. Sedangkan alat yang digunakan dalam pekerjaan survey ini
adalah PPD ATF-3.
Gambar
2.7 Seorang
Pekerja Melakukan Pekerjaan Survay (membawa bak ukur).
2.2.3
Pelaksanaan
Pekerjaan
Galian Pondasi
Pekerjaan galian pondasi strous
dilakukan setelah lahan yang akan di bor dibersihkan terlebih dahulu, bersih dalam hal ini adalah tidak adanya halangan dalam
pekerjaan galian, minimal titik-titik pondasi tidak terdapat bahan atau benda
yang mengganggu. Pekerjaan pondasi strous yang
diterapkan pada proyek pembangunan
gedung olahraga tenis indoor Universitas Negeri Malang
ini berhubungan atau berkaitan dengan kelanjutan pembangunan lapangan bagian outdoor,
namun tidak ada kaitannya dengan pembangunan gedung indoor, jadi bisa
dilaksanakan secara bersamaan.
Gambar
2.8 Proses
Penggalian
Pada proyek pembangunan
Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas
Negeri Malang ini pelaksanaan pengeboran dilakukan secara serentak. Maksudnya adalah penyelesaiaan awal adalah pada bagian
lapangan outdoor, kemudian dilanjutkan untuk pondasi gedung utamanya. Besar
lubang pondasi strous untuk lapangan outdor berdiameter 30 cm,
sedangkan untuk pondasi strous gedung lapangan indoor adalah 60 cm.
Kedalaman pengeboran sesuai gambar
rata-rata 6 meter dengan jarak antar lubang pondasi adalah 5 meter. Pengeboran dilakukan secara manual dengan bor tanah biasa, beberapa orang memutar dan menekan
kebawah bagian pusat pengeboran. Galian tanah yang dibor dialiri air untuk
mempermudah pekerjaan.
Dengan mengaliri air pada mata bor maka tanah yang dibor akan menjadi lunak.
2.2.4
Pelaksanaan
Pekerjaan Penulangan
Pelaksanaan pekerjaan
penulangan pondasi strous ini
dikerjaan bersamaan dengan pekerjaan
galian.
Gambar
2.9 Tulangan
pondasi yang sudah melalui proses pemotongan
Tulangan yang dipakai
pada struktur pondasi strous
adalah tulangan polos Ø 12 untuk tulangan pokok, dan tulangan
polos Ø 10
untuk sengkang. Jumlah tulangan pokoknya 8 Ø 12 Sedangkan pada
tulangan pondasi strous untuk pondasi utama gedung tenis indoor Universitas
Negeri Malang menggunakan tulangan deform D16 dan
tulangan polos tulangan polos Ø 12 untuk
sengkang. Jumlah tulangan pokoknya adalah
8 D16.
( a )
( b )
Gambar
2.10 Rangkaian
(a) tulangan polos Ø 12 mm dan (b) tulangan deform D16
Besi
tulangan yang dipakai adalah baja mutu fy = 320 Mpa dengan tegangan leleh
maksimum 3200 kg/cm2. Proses pembuatan
tulangan dibagi dalam empat tahap yaitu pengukuran besi tulangan, pemotongan tulangan,
pembengkokan tulangan, dan perangkaian tulangan. Semua pekerjaan penulangan ini dilakukan ditempat yang sama, tidak jauh
dari lokasi pembangunan pembangunan lapangan tenis. Karena proses penulangan ini juga dipakai pada
pembangunan Gedung Serbaguna Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang Tahap V.
2.2.4.1 Pengukuran
Besi Tulangan
Pengukuran panjang
tulangan disesuaikan dengan panjang yang ditentukan. Panjang yang dipotong
adalah panjang total menurut perhitungan ditambah dengan panjang kait. Dalam
hal ini yang perlu diperhatikan adalah pertambahan panjang akibat pembengkokan,
apabila pembengkokan tidak direncanakan maka saat dibengkokkan panjang yang
dibutuhkan akan berkurang atau menjadi lebih pendek.
Proses pengukuran
merupakan tahap awal dalam proses penulangan. Pengukuran dilakukan untuk
menentukan panjang besi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan yang telah
dirancanakan sebelumnya. Pengukuran dilakukan seteliti mungkin agar
menghasilkan ukuran yang seragam dan tidak terlalu banyak sisa tulangan yang
terbuang. Sebelumnya besi tulangan diluruskan terlebih dahulu. Setelah itu
pengukuran dilakukan dengan meteran ukur.
Pada tahap ini
dilakukan pula pembersihan tulangan dari kotoran yang menempel pada saat
penyimpanan bahan. Tulangan yang telah diukur diberi tanda menggunakan kapur,
sehingga mempermudah dalam pemotongan
nantinya. Karena pada proses pemotongan menggunakan mesin pemotong, jadi
pengukuran dilakukan satu kali untuk membuat sampel. Setelah itu pemotongan
disesuaikan dengan besi pertama yang dipotong.
Gambar
2.11 Meteran
untuk mengukur tulangan
1.2.3.2
Pemotongan
Tulangan
Menurut Astanto (2001:67) pemotongan baja tulangan
harus sesuai dengan panjang tulangan yang telah tercantum dalam gambar dan
harus diketahui luar penampang sebenarnya sebelum dipotong. Ada beberapa cara
pemotongan baja tulangan, yaitu:
a.
Pemotongan
dengan gunting baja besar tangan pemotongan dengan gunting tangan baja untuk
baja berdiameter kecil.
b.
Pemotongan
dengan mesin gunting yang digerakkan tangan, pemotongan dengan gunting mesin
untuk baja berdiameter yang lebih besar.
c.
Pemotongan
dengan gunting mesin yang digerakkan tangan, pemotongan dengan alat ini sangat
ekonomis, maka sangat baik untuk pemotongan baja beton dalam jumlah yang besar.
d.
Pemotongan
dengan gergaji jika alat-alat yang dimiliki terbatas dan pekerjanya sangat
sedikit.
Pada proyek
pembangunan Gedung Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang pemotongan
baja tulangan dilakukan menggunakan mesin pemotong baja (bar cutter). Adapun langkah-langkah proses pemotongan antara lain
adalah:
1. Mempersiapkan
besi yang akan dipotong.
2. Besi
yang akan dipotong terlebih dahulu diluruskan agar mudah saat pemotongan.
3. Besi
tersebut diukur sesuai dengan kebutuhan dan diberi tanda menggunakan kapur
tulis.
4. Kemudian
besi tersebut dipotong dengan menggunakan mesin potong (bar cutter).
5. Para pekerja terkadang memotong besi dengan jumlah 3-5
sekaligus untuk mempercepat pekerjaan.
Gambar
2.12 Pekerja
sedang memotong besi dengan alat pemotong besi (bar cutter)
1.2.3.3
Pembuatan sengkang tulangan pondasi
Mencari LITERATUR BOY....
Batang baja yang
telah dipotong setelah itu dibengkokan sesuai dengan rencana dan ujung-ujungnya
dibuat kaitan. Menurut SK SNI 03-2847-2002 Pembengkokan
tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1.
Bengkokan 180° ditambah
perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujungbebas
kait.
2.
Bengkokan 90° ditambah
perpanjangan 12db pada ujung bebas kait.
3.
Untuk sengkang dan kait
pengikat:
a)
Batang D-16 dan yang lebih
kecil, bengkokan 90°
ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas
kait, atau
b)
Batang D-19, D-22, dan
D-25, bengkokan 90°
ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait,
atau
c)
Batang D-25 dan yang lebih
kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas
kait.
Tabel 2.1 Diameter Bengkokan Minimum
Beberapa macam bengkokan pada ujung tulangan dapat
dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Macam bengkokkan pada ujung tulangan
(Sumber: Astanto, 2001:69)
Pekerjaan pembuatan sengkang spiral pada pembanguan Gedung Olahraga
Tenis Indoor Universitas Negeri Malang menggunakan alat yang dibuat sendiri
yang membentuk sebuah tabung. Setiap sengkang memiliki ukuran yang berbeda,
sehingga ukuran masing – masing alat pembuatnya berbeda pula. Berikut gambarnya
Gambar
2.13 Alat
pembuat sengkang spiral
Adapun cara pembuatan sengkang spiral untuk tulangan pondasi strous adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan sengkang spiral.
2. Meneliti atau memeriksa bahwa tulangan / besi yang akan
dibuat sengkang benar – benar lurus.
3. Menempatkan
dan mengaitkan ujunga besi
yang akan dibuat sengkang spiral
pada silinder pembuat sengkang. Kemudian ujungnya dibengkokan sedikit agar bisa mengait.
4. Setelah
ujung tulangan sudah benar – benar terkait pada silinder,
maka pekerja langsung memutar silindernya.
5. Pekerjaan dilakukan oleh 2 orang, yang satu memutar
silinder tersbut, sedangkan orang yang ke dua memegang besi dan menatanya agar
letak putarannya tertata rapi dan sesuai dengan ketentuan yang ada (sesuai
gambar).
6. Pemutaran silinder dilakukan sampai besi telah tergulung
semuanya dan menjadi spiral.
7. Yang perlu diperhatikan, saat pemutaran usahakan searah
dan jangan menyentak kebelakang atau berbalik arah. Karena jika sudah berbalik
arah, maka untuk meluruskan dan membuat spiral kembali akan mengalami
kesulitan. Jadi diusahakan sekali putar langsung selesai.
8. Tulangan sengkang spiral sudah selesai, dan bisa
digunakan sebagai sengkang untuk tulangan pondasi strous.
Gambar
2.14 Hasil
setelah penggulungan dan membentuk sengkang spiral
Pada pekerjaan pondasi strous
pembengkokan besi dilakukan pada
saat
pembuatan besi sengkang dan pada saat penyambungan tulangan pokok terhadap
tulangan wire mesh. Untuk pembuatan sengkang, menggunakan silinder dengan cara diputar.
Gambar
2.15 Proses pembengkokan
tulangan.
Menurut Astanto
(2001) Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembengkokan baja
tulangan yaitu sebagai berikut.
a.
Pembengkokan
baja tulangan disesuaikan gambar rencana denga toleransi yang sudah
disyaratkan.
b.
Membengkok
dan meluruskan tulangan hanya dilakukan bila tulangan dalam keadaan dingin.
c.
Membengkok
dan meluruskan tulangan tidak boleh merusak batang tulangan.
d.
Batang
tulangan yang tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkok atau diluruskan di
lapangan.
e.
Tidak boleh
membengkokan lagi dalam jarak 10 cm dari bengkokan sebelumnya setelah dibengkok
dan diluruskan kembali pada tulangan profil. Yang dimaksud batang profil adalah
batang yang dipuntir atau diprismatis dengan permukaan diberi rusuk-rusuk yang
terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang. Jarak antara
rusuk-rusuk tidak lebih 0,7 kali diameter pengenalnya.
f.
Jari-jari
pembengkokan dipilih tidak kurang dari r= 10 D (D adalah garis tengah
tulangan), dan pada kaitan dipilih jari-jari minimal r= 2,5D.
1.2.3.4
Perangkaian
Tulangan
Besi yang telah diukur
dan sudah dipotong menurut ukuranya, kemudian dirangkai dengan sengkang yang telah dibuat
sesuai ukuran kedalaman pondasi strous dan
gambar bestek.
Menurut Gideon (1993) dalam pengikatan besi
tulangan ada 3 tipe pengikatan, yaitu:
1.
Pengikatan
silang: yaitu digunakan untuk menghubungkan batang-batang bersilangan.
2.
Pengikat
sadel yaitu: digunakan untuk menghubungkan sengkang-sengkang dengan empat
batang tulangan sudut dari kolom dan balok-balok pada titik persilangan.
3.
Pengikatan
rangkap yaitu: digunakan untuk sambungan ekstra kuat.
Gambar 2.16 Tipe-tipe pengikatan
Pada proses
perangkaian pondasi ini, menggunakan pengikatan rangkap, namun terkadang juga
hanya menggunakan pengikatan silang. Perangkaian tulangan spiral berbeda dengan
pengikatan / perangkaian balok atao kolom yang berbentuk persegi. Yang harus
diperhatikan dalam perangkaian spiral adalah agara sengkang pas / sesuai dengan
panjang kebutuhan tulangan. Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah
membagi perletakan tulangan pokok agar merata di sekeliling sengkang spiral.
Proses
perangkaian tulangan pada pembuatan
pondasi strous dilaksanakan langsung dilapangan
setelah pengerjaan pengeboran.
Karena struktur pondasi ini menyambung pada wire mesh di
atasnya, maka struktur tulangannya dikeluarkan
sepanjang ± 50 cm.
Sehingga perangkaian nantinya akan tersambung antara besi lubang bor yang satu
dengan yang lainnya. Namun dalam
pekerjaan ini tidak dilebihkan, karena nantinya tanah di daerah ini akan digali
kembali, di rata airkan (disamakan) dengan lapangan yang sudah ada. Otomatis
secara tidak langsung setelah pekerjaan galian perataan, tulangan pondasi
strous akan muncul kepermukaan.
Gambar
2.17 Perangkain tulangan
pondasi strous
Penyambungan tulangan
dilakukan dengan mengikat kawat bindrat pada perpotongan stiap tulangan,
sehingga konstruksi tulangan kuat yang sesuai dengan rencana. Pada perangkaian
tulangan, ukuran untuk diameter
pondasi adalah 20cm utuk pondasi lapangan tenis out door. Sedangkan untuk pondasi bangunan utamanya berdiamater
30cm.
Untuk jarak
sengkangnya jika sesuai dengan gambar berjarak 15 cm, namun pada pelaksanaan
dilapangan tidak bisa tepat 15 cm. Proses pereangkaian sengkang berbeda dengan
sengkang yang berbentuk persegi yang bisa presisi. Pelaksanaan sengkang spiral
dengan cara ditarik sengkangnya hingga mengalami kemoloran dan memenuhi jarak
sengkang yang telah direncanakan, yakni 15 cm.
Gambar 2.18 Tulangan yang sudah terangkai.
1.2.4
Pelaksanaan
Perletakan tulangan ke dalam titik lubang pondasi
Untuk
pekerjaan pondasi strous ini tidak menggunakan bekisting, karena pekerjaan
pondasi langsung berhubunga dengan tanah. Meskipun harus menggunakan bekisting,
namun bukan dari kayu nelainkan campuran PC dan PS, yang biasa disebut dengan
lantai kerja.
Pekerjaan
pondasi strous pada pembangunan gedung olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri
Malang tidak menggunakan lantai kerja, karena kedalaman pondasi yang mencapai 6
m. Selain itu juga terdapat beberapa titik lubang pondasi yang terdapat sumber
air. Pemasangan tulangannya langsung dimasukkan secara manual ke dalam lubang
pondasi.
Gambar
2.19 Tulangan yang sudah
diamsukkan ke dalam titik lubang
2.2.5
Pelaksanaan
Pekerjaan Pengecoran Pondasi Strous
Menurut Mulyono (2005:3) menyatakan beton
merupakan fungsi dari bahan penyusunya yang terdiri dari bahan semen hidraulik
(portland cement), agregat kasar,
agregat halus, air, dan bahan tambah (admixture
atau additive).
Pelaksana
proyek ini yakni PT. WASKITA KARYA melakukan kerja sama dengan perusahan beton
Redy Mix PT. MERAK JAYA BETON. Jadi semua proses pengecoran struktur pada
proyek ini menggunakan campuran beton dari PT. MERAK JAYA BETON.
Gambar
2.20 Proses
penuangan beton dari Truck Mixer
Dalam proses pembuatan campuran pastinya terdapat
kriteria atau cara tersendiri untuk menjaga nilai slump test agar tetap sesuai
dengan yang diinginan. Dalam hal ini proses pengadukan merupakan hal yang tidak
boleh untuk diabaikan. Pengadukan itu sendiri adalah proses pencampuran antara
bahan-bahan dasar beton, yaitu semen, pasir, kerikil, dan air dalam
perbandingan yang telah ditentukan. Pengadukan dilakukan sedemikian rupa sampai
adukan beton benar-benar homogen, warnanya tampak rata, kelecakan cukup (tidak
terlalu cair dan tidak terlalu kental), tidak tampak adanya pemisahan butir (segregasi). Pengadukan beton yang
kurang homogen dapat menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya.
Pengadukan biasa dilakukan dengan tangan atau
dengan mesin. Astanto (2001:77) menjelaskan pengadukan dengan menggunakan mesin
pengaduk lebih ekonomis dan cepat, sehingga cocok untuk pekerjaan besar.
Karena
pekerjaan penahan tanah (soil nailiang) merupakan skala besar maka pada
pembuatan adonan beton proses awal yang dilakukan adalah mengaduk campuran
beton. Pada pekerjaan balok penahan dinding penahan tanah (soil nailing) ini pengadukan beton dilakukan di tempat pembuatan
beton dan di dalam mobil (truck mixer)
selama perjalanan dan setelah tiba di lapangan.
Sedangkan
untuk adonan beton yang digunakan untuk mengecor pada bagian lubang bor dengan
menggunakan alat mixer beton khusus yang tersambung dengan concrete pump untuk menyuntikan beton ke dalam lubang bor yang
telah diberi tulangan.
Menurut Mulyono (2005:220) waktu pengadukan akan
berpengaruh pada mutu beton. Jika terlalu sebentar pencampuran bahan kurang
merata, sehingga pengikatan antara bahan-bahan beton akan berkurang.
Sebaliknya, pengadukan yang terlalu lama akan mengakibatkan:
a.
Naiknya suhu
beton.
b.
Keausan pada
agregat sehingga agregat pecah.
c.
Terjadinya
kehilangan air sehingga penambahan air diperlukan.
d.
Bertambahnya
nilai slump
Untuk nilai slump, bisa dilihat dengan cara slump
test
Gambar 2.21 Alat slump
test
e.
Menurunnya
kekuatan beton.
2.2.5.1
Pengangkutan
Menurut Mulyono (2005:224) alat angkut dibedakan
menjadi dua, yakni alat angkut manual dan mesin. Alat angkut manual menggunakan
tenaga manusia, dengan alat bantu sederhana (dapat berupa ember, gerobak
dorong, talang) dan biasanya mempunyai kapasitas kecil. Alat angkut mesin
biasanya dibutuhkan untuk pengerjaan yang kapasitasnya besar dan jarak antara
tempat pengolahan beton dan tempat pengerjaan struktur jauh. Contoh alat angkut
ini adalah truck mixer, belt conveyor,
concrete pump, dan tower crane.
Pada pekerjaan dinding
penahan tanah (soil nailing) ini
pengangkutan beton dilakukan 2 tahap, yang pertama pengangkutan dari tempat
pembuatan beton (ready mix) menuju
lokasi proyek dan yang kedua pengangkutan beton dari truk beton (truck mixer) ke tempat pengecoran.
Pengangkutan beton dari
tempat pembuatan beton (ready mix)
menuju lokasi proyek menggunakan truk beton (concrete truck). Selama pengangkutan beton secara terus menerus
diaduk, pengadukan tersebut dilakukan untuk menunda pengikatan semen yang akan
menyebabkan beton mengeras.
Pengangkutan kedua
dilakukan di lokasi proyek dari truk beton (concrete
truck) ke lokasi tempat pengecoran menggunakan bucket. Pengangkutan beton ini dibantu dengan tower crane
.
Gambar 2.22 Pengangkutan beton truck mixer.
2.2.5.2
Penuangan
Agar mendapatkan beton yang baik, usahakan dalam
proses pengecoran tidak terjadi segregasi pada beton. Maka oleh sebab itu
diperlukan proses penuangan adukan beton secara benar. Setiap melakukan
pengecoran, sudah terbiasa para pelaksana melakukan slump test, hal ini
dilakukan untuk mengetahui berapa nilai slump test dari beton tersebut.
Sebelum campuran beton digunakan, terlebih dulu dilakukan uji slump. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui kekentalan campuran. “Slump
diperiksa memakai Corong-Kerucut Abrams yang diisi dengan 3 lapis, tiap lapis
ditusuk-tusuk dengan tongkat baja” (Sagel dkk, 1997:160). Corong-kerucut Abrams
dapat dilihat pada Gambar 2.23
Gambar 2.23 Corong-kerucut Abrams
Pada Proyek Gedung
Olahraga Tenis Indoor Universitas Negeri Malang Untuk
slump yang diinginkan dalam pekerjaan ini adalah ±10cm.
Gambar 2.24 Pembuatan Slump test
Gambar 2.25 Pengukuran Hasil Slump Test
Menurut Astanto (2001:79) ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penuangan adukan beton:
a.
penuangan adukan beton dilakukan secara
terus-menerus (tidak terputus) untuk menghindari perbedaan waktu pengikatan
awal.
b.
Hindari
penuangan adukan beton pada waktu hujan.
c.
Agar tidak
terjadi pemisahan butir-butir campurannya maka beton tidak boleh terlalu tinggi
dijatuhkan (tidak boleh lebih dari 1 meter)
d.
Pada
pembuatan konstruksi beton bertulang tebal lapisan beton untuk sekali penuangan
maksimal 30cm.
Pada proses pengecoran
setelah beton tiba di lokasi proyek tempat pengecoran, beton lalu dituangkan ke
dalam tempat yang telah disiapkan sebelumnya. Pada
pengerjaan kontruksi pondasi strous
ini penuangan dilakukan menggunakan ember dan alat bantu gerobak dorong (Arco).
Gambar
2.26 Proses penuangan beton
pada balok penahan.
Cara penuangan
seperti ini dilakukan di seluruh titik pondasi, baik itu pondasi lapangan tenis
out door maupaun bangunan utama tenis indoor. Hal yang menjadi dilema dalah
ketika beberapa titik pondasi terdapat sumber air. Hal ini akan mepengaruhi
kekuatan, slump, kadar air dari beton itu sendiri.
Mencari LITERATUR BOY....
2.2.5.3
Pemadatan
Pada pelaksanaan pengecoran, proses pemadatan sangat penting
dilakukan agar tidak terjadi keropos karena adanya udara yang terjebak di
adonan beton. Menurut Mulyono
(2005:227) pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan akan
alat disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan.
Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial
setting time pada beton. Dalam praktik di lapangan, pengindikasian initial setting time dilakukan dengan
cara menusuk beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat
ditusuk sedalam 10 cm, berarti initial
setting time belum tercapai.
Pada proses pengecoran pondasi strous ini pemadatan
dilakukan dengan menggunakan besi
dan kayu yang ditusuk-tusukan ke dalam adonan
beton.
Gambar
2.27 Proses
pemadatan menggunakan kayu.
Pemadatan
dilaksanakan setiap seleseai penuangan campuran beton ke dalam lubang yang akan
dibuat pondasi strous secara terus menerus sampai batas yang telah ditentukan
Gambar
2.28 Hasil
setelah proses pengecoran.
2.2.6
Pelaksanaan
Pekerjaan Perawatan Beton.
Perawatan beton adalah
suatu langkah untuk memberikan kesempatan pada beton untu mengembangkan
kekuatanya secara wajar dan sesempurna mungkin. Menurut Wuryati (2001:53) perawatan beton adalah suatu langkah atau
tindakan untuk memberikan kesempatan pada semen/beton mengembangkan kekuatanya
secara wajar dan sesempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu pekerjaan
beton perlu dijaga agar permukaan beton segar selalu lembab, sejak adukan beton
dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban beton itu haru dijaga
agar proses hidrasi semen dapat terjadi dengan wajar dan berlangsung dengan
sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi beton kurang kuat, dan
juga timbul retak-retak.
Perawatan terhadap
beton sangatlah penting, karena untuk menghindari terjadinya susut permukaan
akiat air pada pengerasan beton dihari pertama (bleeding) dan seterusnya, perbedaan temperatur pada beton menjaga
terjadinya rengat-rengat pada beton.
Pada pelaksanaan
pekejaan dinding penahan tanah (soil
nailing) ini setelah dilakukan pengecoran dan pelepasan bekisting, pada
beton tidak dilakukan perawatan dengan cara menyiram beton atau membungkus
dengan menggunakan karung basah atau plastik. Hal ini dikarenakan pada saat
pelaksanaannya adalah musim hujan, jadi tidak dilakukan perawatan secara khusus
pada beton. Perawatan pada beton dilakukan dengan hanya memoles permukaan beton
yang tidak rata dengan menggunakan adonan semen agar beton menjadi rata.
Hasil pengecoran tidak
selamanya sempurna, pada pengecoran dinding penahan tanah (soil nailing) pada proyek pembangunan Gedung Olahraga Tenis IndoorMalang
ini tidak rata atau lurus. Hal tersebut terjadi akibat kontur tanah yang tidak
rata. Tanah sengaja tidak diratakan karena apabila diratakan paku yang sudah
tertancap terlebih dahulu sebelum pengecoran pada tanah tersebut akan berkurang
panjangnya.
Gambar 2.29 kondisi
lapangan setelah pengecoran pondasi strous.
kok g da foto2nya?
BalasHapuswaduh... soalnya ini tempat Praktekku
BalasHapusyang empunya proyek gak boleh di ekspos